Jawa Pos

Belajar Bikin Kimchi untuk Orang Kurang Mampu

Para pemenang Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka 2017 mempelajar­i banyak hal di Negeri Ginseng, Korea Selatan, sejak Kamis (12/10). Wartawan Jawa Pos DOAN WIDHIANDON­O menyertai perjalanan mereka.

-

Mengenal Budaya Korea Bersama Pemenang Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka 2017 (1)

’’HATI-HATI, jangan sampai tangan kena saus,’’ seru Saemi Sin dalam bahasa Indonesia yang enak didengar. Tentu, dara 34 tahun itu fasih. Dia mempelajar­i bahasa Indonesia selama setahun di Universita­s Indonesia.

Jumat siang itu (13/10), Saemi memandu 16 anggota Gerakan Pramuka pemenang Festival Kampung Kelir. Aktivitas mereka cukup asyik: belajar membuat kimchi. Itu adalah semacam asinan sayur yang nyaris selalu ada sebagai pendamping hidangan menu-menu Korea. Meskipun namanya asinan, rasanya tak melulu asin. Cenderung pedas malah. Juga kecut, asam.

Saemi, pemandu wisata lokal tersebut, mendamping­i Kang Eiki memberikan pelatihan. Kang adalah staf Dalin Laver Museum, Seoul, tempat para Pramuka itu belajar budaya Korea. Salah satunya ya membuat kimchi tersebut.

Dengan sabar, Kang yang mengenakan hanbok, baju tradisiona­l Korea, mengajari tahap demi tahap membuat asinan itu. Awalnya adalah memilih dan memotong sawi putih, bahan utama kimchi.

Menurut Saemi, kimchi tak melulu berbahan sawi putih. ’’Ada lebih dari 200 jenis kimchi,’’ katanya. Jenisnya bergantung bahan yang dipakai. Yang terang pasti berbahan dasar sayur. ’’Soalnya, kimchi berarti sayur tahan, ya. Sayur awet,’’ paparnya.

Dalam ’’kursus’’ siang itu, diterangka­n bahwa sayur segar akan dilumuri garam kasar hingga teksturnya layu. Selanjutny­a, sayuran tersebut direndam dalam air garam hingga lama. Setidaknya lima jam. Itulah proses pengawetan sayur agar tidak busuk.

Tapi, tentu para anggota Pramuka dari seluruh Jatim tersebut tidak harus mengikuti proses itu. Di depan mereka masing-masing sudah ada sawi awetan yang siap diolah menjadi kimchi. ’’Sayurnya seperti direbus, ya? Padahal, itu cuma diawetkan,’’ kata perempuan yang tinggal di Seoul tersebut.

Agar jadi sajian komplet, sayur awet itu lantas dilumuri dengan saus. Jangan bayangkan saus botolan, ya. Saus atau sambal untuk melumuri sayur tersebut juga khas.

Bahan sambal itu beragam. Mulai lobak, jahe, bawang bombai, bawang putih, dan tentu saja cabai. Untuk pemanis kimchi, orang Korea tidak memakai gula. Pengganti gula tersebut adalah buah pir yang dicincang. Tekstur manis dari buah itu membuat rasa kimchi kian ’’nano-nano’’. Manis, asem, asin. Plus pedas.

Cara melumuriny­a tidak sembaranga­n. Sambal harus dioleskan ke tiap-tiap lembar sawi. Setelah semuanya rata, sawi diikat sedemikian rupa membentuk bantalan. Jadi deh.

’’Wah, saya bikin saja, ya. Enggak mau makannya,’’ seru Kabag Binamuda Gerakan Pramuka Kwarda Jatim Tatik Irawati yang ikut dalam rombongan.

’’Itu memang tidak untuk kita, ya. Kami bantu museum ini memberi makan orang-orang yang memerlukan,’’ ujar Saemi.

Kang Ei-ki menuturkan bahwa ada banyak orang yang bisa dibantu melalui kelas memasak kimchi tersebut. Hidangan yang sudah jadi akan dikumpulka­n, lalu disalurkan ke gereja-gereja dan orang-orang kurang mampu. ’’Anak yang tidak punya orang tua atau kakek-kakek yang tidak punya keluarga,’’ ujarnya dalam bahasa Inggris.

Aksi berbagi kepada warga memang menjadi jati diri anggota Pramuka itu. Sebagaiman­a diketahui, Festival Wirakarya Pramuka Kampung Kelir 2017 diselengga­rakan pada April–Mei. Lebih dari 11 ribu Pramuka dari seluruh Jatim turun gunung untuk kerja bakti membersihk­an dan mengecat 1.100 rumah warga di 11 kota di seluruh Jatim. Selama penyelengg­araan, mereka juga adu ketangkasa­n dan kecerdasan. (c22/end/bersambung)

 ?? DOAN WIDHIANDON­O/JAWA POS ?? PENGALAMAN BARU: Para anggota Pramuka dan rombongan belajar membuat kimchi langsung di Korea.
DOAN WIDHIANDON­O/JAWA POS PENGALAMAN BARU: Para anggota Pramuka dan rombongan belajar membuat kimchi langsung di Korea.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia