Rp 6,4 M untuk Bangun Terminal Anjuk Ladang
Pindahkan Pedagang, Dishub Provinsi Jatim Perluas Jalur Bus
NGANJUK – Setelah resmi mengelola Terminal Anjuk Ladang sejak awal tahun ini, Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jatim langsung membangun terminal terbesar di Nganjuk itu.
Informasi yang dihimpun Nganjuk menyebutkan, Dishub Provinsi Jatim menggelontorkan dana Rp 6,4 miliar untuk meningkatkan fasilitas Terminal Anjuk Ladang. Rencananya, terminal tersebut diperluas dengan menambah jalur bus.
Kepala Seksi Operasional UPT LLAJ Eko Irianto menyatakan, pembangunan terminal bertujuan meningkatkan pelayanan kepada para penumpang. ’’Agar penumpang nanti lebih nyaman,’’ katanya.
Ditanya tentang teknis perluasan terminal, Eko belum bisa membeberkan. Alasannya, proyek tersebut diurusi langsung oleh Dishub Provinsi Jatim. Hanya, Eko menyebutkan bahwa salah satu fungsi pembangunan terminal adalah menambah jalur bus.
Lokasi jalur bus baru berada di lahan yang sekarang ditempati puluhan kios pedagang. Karena itu, saat ini rekanan tengah menggarap proyek bangunan untuk tempat kios pedagang yang baru.
Rencananya, kios pedagang dipusatkan di satu tempat sisi selatan. Selanjutnya, di lokasi kios tersebut akan dibangun jalur bus yang baru. ’’ Teknis proyek yang tahu dishub provinsi,’’ elak Eko.
Sementara itu, meski UPT LLAJ terkesan tertutup dengan detail proyek yang tengah digarap, rupanya kabar rencana relokasi pedagang ke sisi selatan sudah menyebar. Tun, 61, salah seorang pedagang di Terminal Anjuk Ladang, mengaku sudah mengetahui rencana pemindahan pedagang. ’’Semua penjual makanan, buah, sampai tiket nanti dipindah,’’ kata perempuan asal Kelurahan Ringinanom yang sudah berjualan di terminal selama 30 tahun tersebut.
Tun menuturkan, total ada 51 penyewa kios di Terminal Anjuk Ladang. Merekalah yang nanti menempati lokasi baru di sisi selatan. Letaknya persis di dekat gerbang terminal.
Berdasar pantauan wartawan koran ini kemarin, sejumlah pekerja terus menggarap proyek yang masih dalam tahap pembuatan fondasi dan bangunan rangka itu. Meski Minggu, sejumlah pekerja agaknya tidak libur.
Ada yang merangkai besi. Ada pula yang menyelesaikan pembuatan fondasi. Dengan waktu maksimal selama 2,5 bulan yang tersisa hingga akhir Desember, rekanan harus mengebut realisasi proyek tersebut. (rq/ut/c20/end)