Jalan Tol KLBM Dorong Investasi
Dekatkan Gresik Utara dan Selatan
GRESIK – Pembangunan jalan tol Krian– Legundi– Bunder– Manyar (KLBM) menarik investor. Akses jalan bebas hambatan tersebut menjadi harapan baru pengusaha sebagai jalur distribusi yang vital.
Dinas Penanaman Modal dan PTSP Gresik merilis capaian tinggi investasi pada Juli–September. Selama triwulan III 2017, ada 91 izin proyek yang masuk. Nilainya mencapai Rp 2,17 triliun dengan estimasi serapan 2.724 tenaga kerja.
Beberapa investor menyampaikan alasannya. Pemodal optimistis tol baru akan mendorong ekonomi,’’ papar Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Gresik Tri Andhi Suprihartono kemarin (15/10).
Keberadaan jalan tol baru akan menguatkan kemitraan perusahaan di wilayah Gresik Selatan-Utara. Selama ini konektivitas perusahaan di dua wilayah tersebut memang dianggap kurang. Masalah transportasi jadi pemisah.
Untuk pergi ke kawasan Manyar, industri di Driyorejo harus melewati jalan tol yang pintu masuknya di Surabaya. Begitu pula sebaliknya. Pengusaha dari Gresik Utara harus turun di Surabaya lebih dulu jika ingin pergi ke Driyorejo atau Wringinanom.
Jarak tempuh berpengaruh pada biaya logistik barang. Praktis, pengusaha di selatan lebih tertarik berbisnis dengan orang Surabaya,’’ ungkap Tri Andhi. Pengusaha sebenarnya bisa lewat jalan raya arteri. Namun, aksesnya macet dan rusak. Tol KLBM sepanjang 38,29 kilometer mampu memangkas waktu tempuh hingga 20 menit.
Tri Andhi menambahkan, pertumbuhan investasi tidak hanya dipengaruhi pembangunan jalan tol. Kebijakan di kawasan industri turut berpengaruh. Kota Giri memiliki kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate ( JIIPE). JIIPE telah dipilih pemerintah pusat untuk mengembangkan KLIK (Kemudahan Layanan Investasi Langsung Kontruksi). Program itu jadi bidikan pemodal.
Berdasar catatan DPM dan PTSP Gresik, pertumbuhan investasi tidak hanya berada di sektor perumahan. Jumlah industri logam juga meningkat tajam. Ada enam proyek dengan nilai investasi Rp 217 miliar di bidang usaha logam.
Kalau ditotal, sudah ada 14 investor industri logam dengan Rp 844 miliar. Mereka masuk pada 2017,’’ ungkap Kabid Pelayanan Perizinan Usaha, Perizinan Tertentu, dan Non Perizinan Dinas Penanaman Modal dan PTSP (DPMP) Gresik Bambang Irianto.
Potensi industri logam masih besar. Produknya banyak diekspor. Selama ini pabrik barang logam di Gresik banyak menghasilkan baja. Produk-produk itu diolah sebagai bahan baku perusahaan lain. Baja dimanfaatkan untuk membuat komponen otomotif, pipa, dan mesin pabrik. Selain itu, produk akhir banyak yang diekspor. (hen/c15/roz)