Hemat Energi, Gagas Alat Bertenaga Surya
Dua alat tersebut memiliki cara penggunaan yang berbeda, tetapi tetap saling berhubungan.
Slamet menjelaskan, access point dipasang pada ramburambu lalu lintas, sedangkan chip diletakkan di kendaraan. Baik mobil maupun sepeda motor. Jika chip mendekati access point, alat yang memancarkan sinyal wifi itu akan mengirimkan data ke access point.
Dalam pengembangan smart transportation tersebut, chip berisi data-data kendaraan. Mirip dengan keterangan dalam surat tanda nomor kendaraan (STNK). Namun, data yang akan dikirimkan ke access point hanya pelat nomor. ’’Sebab, pelat nomor ini bersifat unik. Tidak ada satu pun kendaraan yang pelat nomornya sama,’’ tuturnya.
Pendataan dalam chip tersebut merupakan salah satu upaya forensik. Jika terjadi kecelakaan atau pelanggaran, data itu berguna untuk mengidentifikasi kendaraan. ’’Seperti black box dalam pesawat,’’ imbuh kepala Program Studi Sistem Komputer Unnar itu.
Untuk menciptakan ketertiban berlalu lintas, Dives juga berfungsi sebagai alat pemantau. Caranya, access point dipasang pada lokasi tertentu atau rambu-rambu lalu lintas. Misalnya, rambu dilarang parkir, dilarang putar balik, dan di lampu lalu lintas.
Jika ada kendaraan yang melanggar, otomatis petugas akan tahu. Sebab, chip juga secara otomatis mengirimkan sinyal pelat nomor ke access point. Kemudian, data yang masuk ke access point akan langsung muncul dalam website khusus petugas pemantau. Hal itu tentu berlaku bagi kendaraan yang sudah dipasangi chip.
Upaya tersebut, lanjut Slamet, merupakan cara untuk mendigitalisasi kendaraan. Harapannya, ke depan alat itu bisa dikembangkan dan digunakan secara luas. Dengan begitu, ketertiban lalu lintas bisa lebih terjaga.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Polri memunculkan wacana untuk mengganti warna pelat nomor hitam. Sebab, warna tersebut dinilai sulit terbaca dalam kamera closed circuit television (CCTV). Keakuratannya juga masih dipertanyakan.
Nah, dengan Dives, penggantian warna pelat nomor tidak perlu dilakukan. Data dari chip yang dikirimkan ke access point sudah sangat akurat. Tentu saja, hal itu juga membantu jika CCTV tidak mampu menangkap nomor dengan tepat.
Slamet menuturkan, penggunaan Dives cukup mudah. Access point dipasang di setiap rambu-rambu lalu lintas, sedangkan chip bisa disambungkan dalam baterai kendaraan agar tetap hidup.
Daya yang dibutuhkan juga tidak besar. Satu kendaraan hanya membutuhkan satu chip. Tegangan yang diperlukan hanya 5 volt. Arus maksimal 0,24 ampere. Dengan demikian, daya yang diperlukan hanya sekitar 1,25 watt. ’’Jadi, tidak menyedot daya baterai terlalu banyak,’’ ujar alumnus S-2 Sistem Kontrol Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu.
Saat ini uji coba sudah dilakukan di tempat parkir Unnar. Access point dipasang di gerbang utama. Kemudian, saat sepeda motor yang telah dipasangi chip melintas, otomatis datanya terekam dalam access point. Informasi pelat nomor dari kendaraan tersebut juga langsung terlihat di layar display access point.
Ke depan, alat tersebut dikembangkan agar bisa terhubung dengan presensi (daftar hadir) mahasiswa. Slamet menuturkan, hal itu bertujuan mengantisipasi mahasiswa yang tidak masuk kelas, padahal sudah berada di area kampus.
Bukan hanya itu. Pengembangan juga dilakukan agar sistem parkir tidak lagi menggunakan kertas sehingga bisa lebih ramah lingkungan. Karcis parkir juga tidak efektif karena bisa saja hilang atau koyak ketika hujan.
’’Data yang terekam dikirimkan secara real time. Ketika chip berada di sekitar access point, data akan masuk ke sistem dan terlihat dalam website petugas,’’ sambung Bayu.
Mahasiswa semester III itu menjelaskan, data di dalam chip dimasukkan oleh pihak kepolisian. Bagi setiap kendaraan yang sudah dilengkapi chip, datanya bisa masuk ke access point. Karena itu, dia berharap alat tersebut bisa diaplikasikan kepada masyarakat.
Sri Wiwoho menambahkan, masih ada beberapa hal yang akan dikembangkan untuk penggunaan Dives. Salah satunya, memperkecil perangkat tersebut agar lebih fleksibel dan mudah disimpan. ’’Selain itu, memperkecil daya,’’ kata pria yang akrab disapa Iwan itu.
Dosen Teknik Sipil Unnar tersebut juga berencana membuat access point bertenaga surya. Harapannya, alat itu bisa terus menyala dan hemat energi.
Pengembangan selanjutnya adalah mengoneksikan alat tersebut dengan sistem aplikasi lain. Misalnya, ketika pengguna melakukan pelanggaran, secara otomatis surat tilang dikirimkan ke e-mail- nya.
Sistem itu juga dikembangkan vehicle-to-vehicle (V2V) dan vehicleto-infrastructure (V2I). Dengan V2V, satu kendaraan dimungkinkan mendeteksi kendaraan lain di sekitarnya. Sementara itu, V2I menggunakan alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL).
Riset yang termasuk penelitian unggulan perguruan tinggi tersebut memenangkan biaya riset Rp 150 juta dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti). Dalam waktu dekat, mereka mengikuti monitoring dan evaluasi (monev) dari Kemenristekdikti untuk mengetahui sejauh mana perkembangannya. ’’Seminar nasional dan internasional sudah dilakukan,’’ tambah wakil rektor III bidang riset Unnar itu. (*/c7/git)