Media Baru Punya Semangat Zaman
Wiyu Wahono adalah kolektor barang seni dengan berbagai media. Dia meraih beberapa penghargaan. Dia kerap diundang sebagai narasumber dalam berbagai event seni kelas dunia. Wartawan Jawa Pos Branika Irawati berkesempatan mewawancarai Wiyu pada Sabtu (14/1
Apa yang menginspirasi Anda mengoleksi barang seni?
Jawabannya sederhana. Saya bukan seorang seniman, tapi saya suka seni. Awalnya seperti apa sampai menjadi kolektor? Saya pernah tinggal di Berlin, Jerman, sekitar 20 tahun. Saat masih berkuliah di sana, saya traveling ke Venice, Italia. Di sana, saya mengunjungi galeri koleksi Peggy Guggenheim. Saya melihat banyak lukisan tidak berwarna. Saya merasa karya itu jelek saat itu. Pertanyaan timbul dalam diri saya, mengapa karya seperti itu layak dipamerkan dalam museum yang terkenal seperti ini. Ternyata, pertanyaan itu terus membuntuti saya selama perjalanan mengoleksi karya seni sampai saat ini. Pertanyaan yang selalu ingin saya cari jawabannya. Selain itu? Ada alasan lain? Saya tinggal di apartemen di Berlin yang dekat, hanya beberapa langkah kaki, dari Neue Nationalgalerie (New National Gallery) yang dibangun Ludwig Mies van der Rohe, salah seorang direktur legendaris dari sekolah seni Bauhaus. Saat itu saya juga suka dengan arsitektur. Saya menyukai bentuk bangunan New National Gallery. Saya juga sering melihat orangorang mengantre panjang hanya untuk melihat pameran seni di sana. Saya lantas berpikir, saya yang rumahnya dekat, kenapa tidak pernah mengunjungi. Akhirnya, saya sering ke sana. Barang koleksi pertama? Saat kembali ke Indonesia sekitar 2000, saya mengunjungi seniman Indonesia, Teguh Ostenrik. Saya mendapatkan koleksi lukisan pertama saya ya karya dia. Mengapa suka dengan karya seni media baru? Saya suka karya kontemporer. Karya yang selalu menggunakan media sesuai perkembangan zaman. Bagi saya, seni tidak melulu lukisan dan patung, banyak media baru yang menarik juga dapat menjadi karya seni. Media baru memiliki semangat zaman. Ada berapa banyak jumlah koleksi Anda saat ini? Mungkin sekitar 100. Saya punya koleksi mulai lukisan, patung, hingga media baru. Misalnya, per- forming art dalam bentuk video (beberapa koleksinya ditunjukkan saat diskusi). Bagaimana cara Anda mengenal benda seni? Saya selalu mempertajam selera dengan membaca buku teori seni. Pengetahuan itu bisa membuat penilaian Anda terhadap benda seni semakin tinggi. Beberapa di antaranya yang saya baca adalah buku What Art Is oleh Arthur C. Danto dan Contemporary Art – A Very Short Introduction oleh Julian Stallabrass.
Apa Anda selalu membeli benda seni yang dianggap menarik?
Tentu saja tidak. Ada benda seni yang enak dinikmati saja, ada pula yang menarik untuk dibeli. Saya mengoleksi benda-benda seni tentang globalisasi, urbanisasi, intelektualisasi, semangat zaman, dan lainnya. Kalau ada hubungannya dengan itu, ya saya beli. Kalau tidak, ya tidak. Dan, kalau ada uang saja. Dana saya kecil... hehehe. Di mana Anda menyimpan koleksi? Ada di rumah dan beberapa saya display di kantor. Kalau ada kerabat yang datang ke kantor, saya bisa memperlihatkan kepada mereka. Tapi, ini bukan untuk umum ya. Pernah pameran di mana saja? Hongkong, Bandung, dan Jakarta. Kalau jadi pembica maupun narasumber? Sudah sering sekali. Hampir setiap bulan saya ada undangan. Selain di Indonesia, juga pernah di Korea Selatan, Taipei, dan Hongkong. Apa pekerjaan Anda saat ini? Saya pernah menjadi dosen di Berlin, Jerman. Setelah kembali ke Indonesia, saya menjadi konsultan di perusahaan di bidang plastik.
Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk menikmati seni?
Saya punya jadwal. Senin sampai Jumat (pagi-sore) adalah waktu bekerja di kantor. Malamnya, saya gunakan untuk seni. Mulai membaca buku, pergi ke pameran, sampai menjadi narasumber. Sabtu-Minggu, saat weekend, adalah waktu untuk keluarga. Kecuali kalau ada jadwal ke luar kota seperti saat ini ya. Apa tanggapan keluarga Anda terkait hobi ini? Mereka mendukung. Saya malah berusaha menularkan kepada mereka. Setiap ada kesempatan makan malam bersama, saya selalu bercerita tentang barang seni. Salah seorang anak saya saat ini kuliah tentang seni di California. (*/c7/nda)