Cawagub Khofifah Jadi Penentu
Partai Berebut Ajukan Nama
SURABAYA – Saifullah Yusuf atau Gus Ipul telah memiliki cawagub yang pasti, yakni Abdullah Azwar Anas. Meski begitu, masih ada saingan yang harus diwaspadai. Khofifah Indar Parawansa yang merupakan lawan terberatnya masih mempunyai kesempatan. Terutama lewat cawagub yang bakal digandeng nanti.
Sama-sama berbasis NU, Gus Ipul dan Khofifah memiliki kekuatan yang sama sebagai cagub. Dengan majunya dua kader terbaik NU itu, otomatis suara NU akan terbelah. Gus Ipul mempunyai basis Ansor, sedangkan Khofifah disokong oleh Muslimat NU dan Fatayat. Dualisme suara kali ini lebih ekstrem. Sebab, mereka memperebutkan posisi yang sama.
Nah, kemenangan mereka bakal ditentukan oleh cawagubnya. Sang cawagub bisa menjadi vote getter yang memperkuat pasangan calon (paslon). Saat Gus Ipul sudah resmi dengan Anas, Khofifah perlu memikirkan matang-matang sosok calon yang bisa mengungguli bupati Banyuwangi tersebut. ’’Sebenarnya Khofifah bisa dibilang kesulitan menemukan cawagub,’’ ucap pengamat politik dari Universitas Airlangga Novri Susan.
Alasannya, dukungan Khofifah belum terbaca jelas. Meskipun sejumlah partai sudah menyampaikan dukungan, belum ada hitam di atas putih. Selain itu, koalisi banyak partai tentu berpotensi membuat partai-partai berebut kursi Jatim dua.
Novri berpendapat, identitas kewilayahan tidak lagi menjadi yang utama, tetapi lebih pada figur. ’’Sebenarnya konteks pilkada Mataraman, Tapal Kuda, atau Arekan, berdasar hasil penelitian sebelumnya, itu sudah berkurang,” jelasnya. Dia mencontohkan, wilayah Tapal Kuda memiliki beragam aliran. Ada Islam tradisional, Islam pesisir, dan sebagainya. Semua pasti mempunyai pandangan berbeda. ’’ Mesin politik di bawah tidak bisa lagi bekerja seperti itu,” tuturnya. Terlepas dari itu, Novri menilai Demokrat bakal menjadi kunci setelah PDIP melakukan deklarasi. Sebab, masih ada kemungkinan Demokrat bergabung dengan koalisi Gus Ipul. ’’Demokrat ini kunci. Kalau sudah menentukan, akan terlihat jelas bagaimana petanya,’’ ujarnya.
Di lain pihak, sejumlah nama sudah masuk bursa cawagub untuk Khofifah. Daftar nama tersebut merupakan campuran dari berbagai partai, baik yang sudah mengumumkan dukungan untuk Khofifah, yang masih menimbang-nimbang, maupun yang sudah menyatakan dukungan bagi calon lain.
Dosen politik sekaligus pengamat dari Uni versitas Trunojoyo Mochtar W. Oetomo menjelaskan, ada tujuh nama yang bisa menjadi wakil bagi Khofifah. Antara lain, Masfuk (PAN), Musyaffa’ Noer (PPP), Hasan Aminuddin (Nasdem), dan Kelana Aprilianto (Hanura). ’’ Tapi, tiga figur ini tidak bisa menutupi lubang nasionalis dan arek Mataraman karena sama-sama NU dan Tapal Kuda,’’ ungkapnya.
Kemungkinan, wakil justru datang dari Demokrat. Ada nama Nurwiyatno. Meskipun bukan kader, Nurwiyatno sudah mendaftar ke Partai Demokrat. Nama Renville Antonio juga masuk radar. Sementara itu, Golkar mempunyai kader paling potensial yakni Ridwan Hisjam. Mochtar menilai ketiganya bisa mewakili nasionalis dan Mataraman.
Identitas wilayah, menurut Mochtar, masih cukup penting. Karena itu, dia menyarankan agar Khofifah mengambil lubang yang kini terbentuk setelah deklarasi Gus Ipul-Anas. Mochtar menilai, terpilihnya Anas sebagai cawagub malah membuat paslon ini full NU. Kurang unsur nasionalis, meskipun Anas kader PDIP.
”Ada lubang di wilayah arek dan Mataraman. Khofifah harus mengambil slot kosong itu dengan memilih figur nasionalis,” terangnya. (deb/c20/oni)
Sebenarnya konteks pilkada Mataraman, Tapal Kuda, atau Arekan, berdasar hasil penelitian sebelumnya, itu sudah berkurang.” Novri Susan Pengamat politik dari Universitas Airlangga