Rusuk Pernah Remuk Ditendang Cindy
Pawang gajah atau punya ikatan batin kuat dengan gajah. Karena itu, para Kebun Binatang Surabaya (KBS) tidak pernah dipindahtugaskan ke satwa lain. Mereka pantang mundur meski pernah diserang.
mahout mahout
SAHRI, salah seorang mahout senior KBS, membuka seragam hijaunya. Tampak sekujur perut, dada, hingga tenggorokan dipenuhi bekas jahitan. Luka-luka itu didapatkannya pada awal 2000. Saat membersihkan kandang, dia ditendang gajah betina bernama Cindy.
Dengan bobot nyaris mencapai 3 ton, Cindy tentu bukan tandingan sepadan bagi Sahri. Sekali tendangan, gedebuk, tulang rusuk Sahri remuk. Tulang pinggul bergeser. Badannya sulit digerakkan. Bahkan, bernapas saja susah. Sebulan penuh dia habiskan di intensive care unit (ICU).
Kecelakaan itu membuatnya tidak pernah lolos tes metal detector. Sebab, di dalam tubuhnya tertanam 24 pen logam yang digunakan untuk merekatkan kembali tulangtulangnya. ’’ Yang di oanggul memanjang dari sini ke sini. Kadang-kadang masih nyeri,’’ ujar pria 52 tahun tersebut sambil menunjuk ujung panggul kanan dan kirinya.
Trauma jelas ada. Betapa tidak, nyawanya hampir melayang gara-gara satwa yang selama ini dirawat dan disayang. Dia butuh waktu untuk sekadar mengelus kepala gajah atau kulit keriput si gajah yang sangat tebal.
Setelah keluar dari ICU, Sahri mengumpulkan lagi keberaniannya. Tidak sampai sebulan,dia mengunjungi lagi para gajah
Tidak ada dendam di hatinya. Namun, dia tidak tahu Cindy masih punya dendam kepadanya atau tidak. Sebab, gajah-gajah tersebut memiliki ingatan kuat. Siapa tahu, dia pernah tidak sengaja menyakiti Cindy meski tidak ada maksud untuk itu.
Selain Cindy, Manis, gajah betina berusia 40 tahun, dikenal agresif. Manis punya ingatan buruk dengan para dokter saat masih kecil. Saat melihat pengunjung mengenakan jas putih, ia pasti mengira itulah dokter. Amarahnya seketika memuncak. Kepala mendongak, matanya menyorot tajam, dan telinganya membuka bak ikan cupang yang sedang beradu.
Jika sudah begitu, sang pawang harus bisa menenangkan. Sama dengan manusia, gajah bisa mengalami trauma seperti anak kecil yang takut jarum suntik. Saat dewasa, rasa takut itu kadang tidak hilang.
Kisah penyerangan gajah juga pernah menimpa Dofir Anggara. Dofir justru mengalaminya lebih dulu ketimbang Sahri. Dofir adalah teman seangkatan Sahri yang masuk ke KBS pada 1989. Mereka samasama merupakan orang Lampung. Namun, Dofir membutuhkan waktu lebih lama dalam mengembalikan trauma. Enam bulan.
Pelakunya juga Cindy, gajah yang kini dipindahkan ke Lombok. Dofir dibanting dengan belalai, lalu ditendang. Meski saat ditendang dia melayang seperti bola sepak yang terempas ke tembok, tidak ada tulang remuk seperti yang dialami Sahri. ’’Nyaris terinjak di perut. Kalau sampai terinjak, ya sudah saya enggak di sini. Mati,’’ kata pria jebolan Pusat Latihan Gajah Way Kambas, Lampung, tersebut.
Selama enam bulan, Dofir emoh mendekati gajah. Namun, kekuatan dan keberaniannya muncul kembali setelah datang dukungan dari sesama mahout. Selain mahout KBS, dukungan datang dari para pemelihara gajah lainnya di seluruh Indonesia. Komunikasi sesama mahout memang terjalin sangat erat. Sebab, kebanyakan adalah alumni Way Kambas.
Sudah 28 tahun Sahri dan Dofir dipercaya sebagai mahout di KBS. Harus ada regenerasi. Saat ini ada empat mahout muda yang disiapkan. Mereka adalah Priyo Santoso, Andriono, Hendra Setiawan, dan Bayu Pradana. Mahout muda itu sudah lima tahun mengurus gajah KBS.
Kemarin pagi (3/11) mereka berkumpul di area tunggang gajah. Di sanalah pengunjung bisa merasakan sensasi naik gajah. Namun, acara tunggang gajah tidak ada. Pagi itu, empat gajah disiapkan untuk geladi bersih parade satwa yang diadakan besok (5/11) pukul 08.00. Gajah-gajah tersebut adalah Gonzales, Manis, Lembang, dan Hilir. Semua betina, kecuali Gonzales. Para satwa bakal diajak keliling kebun binatang seluas 15 hektare tersebut.
Esok hari pukul 08.00 para pengunjung dapat melihat lebih dekat satwa yang biasanya berada di kandang terbuka. Para zookeeper atau pawang satwa KBS bakal membawa ular, kambing, elang, kuda, burung kakaktua, iguana, rangkong, dan unta untuk berkeliling. Gajah ada di barisan paling belakang. Jadi tontonan utama dalam parade tersebut.
Sebelum memulai parade, pemandu acara memperkenalkan setiap hewan dan pawangnya. Gajah dijelaskan paling banyak. Pembawa acara menerangkan bahwa gajah KBS adalah gajah Asia. Ukurannya lebih kecil ketimbang gajah Afrika. Hanya gajah Asia jantan yang memiliki gading panjang. Gajah betina punya gading, tetapi kecil. Telinga gajah Asia juga lebih kecil ketimbang saudaranya di Afrika.
Perjalanan dimulai perlahan ke arah timur. Di antara enam mahout, hanya Hendra yang tidak hadir karena sedang libur. Empat mahout menunggangi bagian belakang kepala gajah. Dofir berada di bawah untuk memandu gajah-gajah tersebut.
Gonzales, gajah berumur 7 tahun, berada di depan. Di belakangnya ada Hilir, Lembang, dan Manis yang lebih besar. Agar gerombolan tidak terpisah, gajah yang berbaris harus saling berpegangan. Ekor gajah di depan harus terbelit belalai gajah di belakangnya agar tidak keluar dari lintasan.
Yang kali pertama dilewati adalah area primata. Perhatian para pengunjung pun teralihkan oleh gerombolan satwa yang melintas. Karena pada Jumat KBS sedang sepi, pengunjung leluasa memotret satwa-satwa tersebut.
Rombongan parade satwa lantas berhenti di depan area akuarium. Di pertigaan jalan tersebut, para pengunjung bisa berswafoto dengan satwa yang melintas. Perjalanan berlanjut ke area aves atau burung. Berbagai burung dalam sangkar diperlihatkan. Mulai jalak bali, rangkong, nuri, pelikan, hingga kuntul. Aroma di area itu agak menyengat. Sebab, kandang pelikan penuh sesak. Solusi untuk masalah overpopulasi tersebut memang masih dicari. Burung itu bisa dilepas atau dihibahkan ke lembaga konservasi lain.
Pemberhentian kedua ada di depan gerbang keluar sebelah timur. Pemandu acara kembali menjelaskan satu per satu satwa yang ikut parade. Rombongan parade pun kembali ke titik awal. Acara geladi bersih itu berlangsung selama 40 menit.
Dofir memastikan, acara parade bakal berlangsung aman. Sebab, gajah sudah biasa jalan-jalan. Dalam sebulan terakhir, persiapan dimatangkan. Jalan-jalan dilakukan hampir setiap hari. ’’Kalau enggak aman, ya kami enggak berani melepas,’’ jelas Dofir.
Setelah jalan-jalan, gajah kembali dimasukkan ke kandang terbuka. Di sana ada juga gajah jantan dewasa bernama Doa. Doa tidak diajak parade karena terlalu besar. Ia juga tampak agresif dengan menggedor-gedor pintu kandang menggunakan belalainya.
Setiba di kandang, mereka dijamu dengan rumput segar. Setiap gajah dijatah 200 kilogram rumput dalam sehari. Setelah satu jam berkeliling, mereka butuh tambahan kalori. Setelah mengunyah rumput, gajah-gajah tersebut langsung nyebur ke kolam. Cuaca memang sedang terik.
Tidak lama kemudian, seorang pengunjung datang dengan satu kantong penuh pisang raja dan kacang panjang. Pengunjung yang membawa istri dan seorang anaknya itu meminta izin untuk memberikan makan. Dofir dengan sangat sopan mengucapkan terima kasih kepada pengunjung tersebut. Namun, hal itu dilarang. Satwa KBS telah diberi makanan sesuai dengan angka kebutuhan gizi masing-masing. Jika terlalu banyak makan, mereka bakal mengalami obesitas. ’’Saya tahu niat Bapak baik. Tapi, aturannya memang tidak boleh,’’ terang Dofir.
Pemberian makanan diperbolehkan asal makanan tersebut tidak dibawa dari luar. KBS menyediakan sayuran dan buahbuahan. Itu pun hanya dilakukan dalam waktu-waktu tertentu. Misalnya, akhir pekan atau libur panjang. Jika pengunjung membawa makanan dari luar, jangan diberikan ke satwa. Berikan saja kepada para keeper- nya. Tidak akan ditolak. (*/c14/dos)