Pelajar Getol Lahirkan Karya Tulis
SURABAYA – Sebanyak 600 siswa SMAN 5 membuat 20 buku antologi cerpen inspiratif. Temanya beragam. Puluhan buku tersebut dibuat untuk menyongsong Festival Literasi Smala pada 16 Desember.
Tumpukan buku dengan sampul merah jambu, oranye, dan hijau daun itu terlihat tampak menarik. Desainnya khas anak muda dengan berbagai ilustrasi dan font huruf yang dibuat sedemikian rupa.
Judul buku tidak kalah atraktif. Misalnya, Air Laut Ayah, Takdir sang Putri, Detektif Tupai, Roller Coaster, dan Secangkir Kopi Hitam di Tengah Hujan. ”Seluruh karya ini ciptaan anak-anak,” ucap Kepala SMAN 5 Sri Widiati kepada Jawa Pos kemarin (3/11).
Proses pembuatan cerita pendek tersebut dimulai Juli. Satu buku berisi sekitar 30 karya siswa di setiap kelas. Tema cerpen bebas. Siswa bisa menulis apa saja yang selama ini mereka rasakan dan ingin tuangkan dalam tulisan.
Keputusan sekolah menerbitkan buku itu bertujuan meningkatkan semangat berliterasi dan kewirausahaan siswa. Dengan menulis, siswa dilatih menyampaikan berbagai gagasan. Sementara itu, penerbitan buku dibuat agar siswa belajar berwirausaha. ”Setelah buku dicetak, siswa diwajibkan menjual karya mereka,” ujarnya.
Setiap judul rencananya dicetak sebanyak 300 eksemplar. Dari jumlah tersebut, paling tidak setiap siswa harus menjual sekitar 10 buku.
Penjualan buku akan dimulai saat at Festival Literasi Smala. Jika nanti buku u tidak habis, siswa bisa memasarkannya a secara bebas. Baik ke orang tua, saudara, a, maupun tetangga. ”Semangat berliterasi si inilah yang ke depan ingin terus kami mi kembangkan,” ungkapnya.
Selain siswa, Widi menuturkan bahwa a penerbitan karya tersebut berlaku pada a para guru di SMAN 5. Saat ini para guru u sedang menjalani pelatihan untuk mengghasilkan karya. Berbeda dengan siswa, a, buku karya guru berisi kumpulan esai.
Penggagas Gerakan Literasi Sekolah Satria Dharma mengungkapkan, langg kah pe nerbitan buku karya siswa secara serempak tersebut sangat positif if untuk menumbuhkan budaya literasi. i ”Model ini harus ditiru banyak sekolah lain,” katanya.
Geliat literasi juga ditunjukkan peserta a didik SMAN 21. Untuk menyebarkan n antusiasme menulis, kemarin berrlangsung seminar Literasi Peneliti Belia. Pelajar yang berpengalaman menghasilkan karya tulis sharing dengan murid lain.
Misalnya, Syfrina Nur Aini dan Marchella Anestya Wibowo. Di depan siswa kelas X, mereka memaparkan ide penelitiannya. Rupanya, dua siswa kelas XII itu membuat aplikasi untuk mengecek kondisi kesehatan manusia. Aplikasi yang dapat digunakan lewat
(HP) tersebut dirancang dengan identifikasi melalui iris mata. Nah, pengguna cukup memotret bagian matanya melalui kamera HP. Lalu, foto tersebut diunggah dalam aplikasi.
Syfrina menjelaskan, gangguan organ bisa diketahui melalui bagan iridology. Misalnya, ada bercak atau keanehan di titik tertentu dalam iris mata. Kondisi itu mengindikasikan gangguan kesehatan. ”Tapi, tidak bisa mengetahui penyakitnya,” ucapnya. Hasil yang didapat, ungkap Syfrina, hanya mengenai organ yang mengalami gangguan.
Syfrina menyatakan, aplikasi tersebut bisa membantu orang-orang yang sibuk. Hal itu pernah dialami orang tuanya. ”Biar kita bisa cek kondisi kapan pun. Kalau ada gangguan, bisa segera ke dokter tuturnya.
Penanggung jawab kegiatan literasi SMAN 21 Mohammad Arifana mengungkapkan, kegiatan seminar memang bertujuan menularkan semangat penelitian. Apalagi, para siswa yang menjadi pembicara adalah peserta Peneliti Belia tingkat Jawa Timur. ”Tiga dari kami masuk lima besar,” ujarnya.
Karena itu, sekolah getol membiasakan siswa untuk berpikir kritis dan mengasah kemampuan menulis. ”Agar mereka terbiasa membuat ide,” katanya. Selain itu, Arif berharap pelajar terbiasa memiliki pola pikir sebagai peneliti. (elo/ kik/c20/nda)