Tiga Hari Tindak 4.822 Pelanggar
Mobil Paling Banyak Langgar Markah
SURABAYA – Sudah tiga hari Operasi Zebra Semeru 2017 berjalan. Total, Satlantas Polrestabes Surabaya sudah menindak 4.822 pelanggar. Setiap hari, lebih dari 1.700 pengendara ditilang polisi.
Pelanggaran tersebut dibagi menjadi dua. Yakni, sepeda motor dan mobil. Untuk sepeda motor, ada 3.531 pelanggar. Sementara itu, mobil hanya 1.291 pelanggar. Hal tersebut sesuai dengan fakta di lapangan. ’’Sudah pasti, jumlah sepeda motor lebih banyak,” ujar Kasatlantas Polrestabes Surabaya AKBP Adewira Negara Siregar.
Jumlah bukanlah satu-satunya pembeda dalam pelanggaran tersebut. Berbeda jenis kendaraan, berbeda pula pelanggarannya. Pelanggaran yang dilakukan mobil jarang dilakukan motor, begitu pula sebaliknya. ’’Sebab, kebutuhan setiap kendaraan juga berbeda,” ucap Adewira.
Pengendara sepeda motor, misalnya. Penyumbang pelanggaran terbesar masih berasal dari surat-surat. Polisi kerap mendapati pengendara dengan surat-surat yang tidak lengkap. Pelanggar biasanya berasal dari kalangan pelajar. Terutama mereka yang duduk di bangku SMP hingga SMA. Alasannya selalu sama. Orang tua tidak mau mengantar. ’’Padahal, itu bahaya. Emosi mereka masih labil kalau di jalan,” lanjut perwira dengan dua melati di pundak itu.
Contohnya, ketika seorang pengendara membunyikan klakson. Banyak orang yang salah mengartikan fungsi klakson. Klakson dibunyikan untuk memberitahukan posisi kepada pengendara lainnya. Namun, sebagian orang menganggapnya sebagai ajakan untuk duel. Hal itu sangat membahayakan pengendara. ’’Itulah fungsinya batasan umur pembuatan SIM, biar nggak sembrono,” tutur polisi asli Medan tersebut.
Sementara itu, pelanggaran mobil biasanya berkaitan dengan rambu parkir. Terdapat 212 pelanggar yang ditindak. Jumlahnya memang tidak sebanyak pelanggar helm. Namun, hal tersebut juga menjadi pemicu kemacetan di Surabaya, terutama di jalan protokol. ’’Nah, pemasangan rambu itu juga ada fungsinya, biar nggak macet,” terang Adewira.
Pengemudi sering kali melakukan pelanggaran di tempattempat strategis. Misalnya, berhenti di depan toko. Di wilayah tersebut, lahan parkir kerap tidak disediakan. Kalaupun ada, biasanya tidak digunakan dengan baik.
Alasannya bermacam- macam. Mulai terburu- buru hingga malas. Alhasil, para pengemudi memarkir mobil sembarangan. Mereka tidak memikirkan nasib pe ngendara lainnya. Akibatnya, kemacetan terjadi. ’’ Kalau parkir insidental beda lagi, lho. Mereka tidak setiap hari,” imbuh ayah tiga anak itu.
Adewira menyatakan, anev tersebut akan dilakukan setiap hari. Jadi, polisi bisa memantau perkembangan operasi itu. Terutama pada minggu pertama dan hari terakhir.
Hasilnya nanti direkap. Setiap pelanggaran didaftar. Petugas juga meneliti jenis pelanggaran yang sering terjadi di setiap wilayah. Jadi, polisi bisa menentukan tindakan yang harus diambil. ’’Setiap pelanggaran memiliki terapi sendiri-sendiri,” kata alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1999 tersebut. (bin/c18/ano)