Jumlah Korban Jomplang karena Struktur Tanah Beda
Gempa Guncang Perbatasan Iran-Iraq, 407 Tewas
TEHERAN – Majida Ameer tengah makan malam dengan ketiga anaknya ketika rumahnya terguncang dengan keras
Tinggal di kota yang ledakan demi ledakan adalah makanan sehari-hari, insting pertamanya adalah, ”Ini pasti ada bom besar!”
Tapi, teriakan para tetangga pada Minggu malam lalu (12/11) waktu setempat menyadarkan warga Baghdad, Iraq, tersebut bahwa dia salah. Ternyata penyebabnya gempa. Dengan segera Ameer pun membawa ketiga anaknya lari ke luar rumah. ”Di jalanan sudah sangat banyak orang yang sudah demikian panik,” kata Ameer.
Padahal, ibu kota Iraq itu terpisah 348 kilometer dari pusat gempa berkekuatan 7,3 skala Richter (SR) yang terjadi pada Minggu pukul 21.17 waktu setempat (18.17 GMT) atau Senin (13/11) dini hari WIB tersebut. Jadi, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya dampak gempa di kawasan sekitar episentrum di dekat perbatasan Iraq-Iran itu. Persisnya sekitar 30 kilometer barat daya Halabjah, Iraq.
Total hingga tengah malam WIB, terjadi 145 gempa susulan di Iran dan Iraq. Getarannya bisa dirasakan sampai Kuwait, Qatar, Turki, Israel, dan Uni Emirat Arab. Tak mengherankan kalau kemudian korbannya demikian besar. Sampai pukul 23.30 WIB tadi malam, mengutip kantor berita Iran IRNA, korban tewas mencapai 407 jiwa.
Inilah gempa paling mematikan di 2017. ”Rekor” sebelumnya adalah gempa Meksiko pada 19 September lalu yang menewaskan 369 orang.
Sementara itu, yang mengalami luka-luka mencapai 6.700 orang. Sebanyak 70 ribu orang juga membutuhkan penampungan. Di Iraq ada 7 korban tewas dan 535 lainnya terluka. Itu pun jumlah korban tewas, baik di Iran maupun Iraq, diperkirakan terus bertambah.
Mengenai jomplangnya jumlah korban di Iran dan Iraq, AbdulKarim Abdullah Taqi, pakar gempa Iraq, menjelaskan bahwa itu terjadi karena struktur tanah kedua negara berbeda. Iraq, menurut dia, cenderung menyerap getaran.
”Arah dan angle patahan saat terjadi gempa sangat menentukan banyak sedikitnya korban dan kerusakan,” katanya.
Dalam gempa kali ini, menurut Taqi, patahan itu mengarah ke Iran yang memang tercatat sebagai salah satu negara paling rawan gempa. Iran terletak di persimpangan beberapa patahan (sesar). Termasuk dua patahan besar Arabia dan Eurasia. Karena itu, aktivitas seismik bawah tanah di Iran sangat tinggi dan membuat negara tersebut sering diguncang gempa.
Dari keseluruhan, korban meninggal terbanyak ada di Sarpol-e Zahab, kota di Provinsi Kermanshah yang hanya terpisah 10 km dari perbatasan Iraq. Ada 236 warga yang kehilangan nyawa di sana.
Kota berpenduduk 45 ribu jiwa itu pun dilaporkan porak-poranda. Satu-satunya rumah sakit yang ada tak lagi bisa berfungsi karena nyaris seluruh bangunannya ambruk. ”Semua pasien dan staf rumah sakit terkubur di bawah reruntuhan,” kata Farhad Tajari, salah seorang legislator setempat yang kehilangan 15 anggota keluarga dalam musibah itu.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei langsung meminta pemerintahan Presiden Hassan Rouhani cepat bergerak. Dia berharap bantuan bagi para korban bisa segera didistribusikan. Khususnya di Sarpol-e Zahab yang nyaris seluruh bangunannya rata dengan tanah.
Hari ini (14/11) Presiden Rouhani dijadwalkan meninjau lokasi bencana. Total, ada 14 provinsi Iran yang terdampak gempa. Kemarin bantuan mulai berdatangan dari negara-negara sahabat. Di Ibu Kota Teheran, warga berbondong-bondong menyumbangkan darah mereka untuk para korban.
”Dengan sepenuh hati saya bersimpati kepada seluruh korban bencana ini dan memohon pengampunan kepada Allah Swt bagi mereka yang meninggal serta kesegerapulihan untuk yang luka-luka,” kata Rouhani dalam pernyataan resmi. (AP/Reuters/ BBC/CNN/hep/c9/ttg)