Pernah Pamit kepada Ibu Mau ke Syria
Salah Satu Terduga Teroris Pembakar Mapolres Anak Polisi
JAKARTA – Upaya Polri mengungkap identitas dua terduga teroris pembakar Mapolres Dharmasraya menemukan fakta mengejutkan. Salah satu pelaku yang berinisial EFA diduga merupakan anak seorang polisi yang berdinas di Polres Muaro Bungo, Jambi. Untuk memastikannya, polisi akan melakukan tes DNA.
Berdasar informasi yang didapatkan Jawa Pos, ayah EFA yang berinisial MN merupakan anggota kepolisian berpangkat iptu. Setelah foto-foto terduga pelaku yang beredar diperlihatkan, MN mengakui bahwa salah seorang terduga pelaku yang berambut panjang merupakan anak kandungnya.
Anak MN itu berinisial EFA. Namun, dia sudah tidak tinggal serumah
Dia tinggal di kontrakan di Jalan Damar, Pasir Putih, Rimbo Tengah, Bungo, Jambi.
Terduga pelaku tinggal bersama istrinya, EH, 30, dan seorang anaknya. EFA adalah pedagang es tebu. Dari informasi tersebut diketahui, EFA pernah curhat kepada ibunya soal niatnya pergi ke Syria untuk bergabung dengan ISIS dan ikut berperang.
Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menuturkan, identitas pelaku memang sudah diketahui. Namun, pihaknya saat ini masih mendalaminya, apakah benar salah seorang pelaku itu adalah anak polisi atau bukan. ”Belum pasti semua itu,” tegasnya.
Cara memastikannya adalah lewat tes DNA. Sebab, saat penggeledahan, di tubuh pelaku tidak ditemukan kartu identitas apa pun. ” Tidak ada identitas yang melekat,” ungkapnya.
Tes DNA itu memerlukan contoh DNA dari pihak keluarga. Karena lokasi Dharmasraya cukup jauh hingga lima jam perjalanan, belum diketahui kapan tes DNA dilakukan. ”Saya belum dapat informasi kapannya,” ujarnya.
Soal jaringan teroris di balik penyerangan ke mapolres, dia mengaku belum mengetahuinya. ”Jaringannya belum sampai ke sana, masih panjang. Identitas saja masih dipastikan,” ujarnya.
Mengenai cara pembakaran mapolres oleh kedua terduga teroris, Setyo menyatakan menunggu hasil olah tempat kejadian perkara (TKP). ”Ya, itu harus pemeriksaan dulu,” paparnya.
Namun, yang juga penting adalah antisipasi penjagaan di kantor kepolisian. Semua jajaran diharapkan menjalankan standard operating procedure (SOP). Polisi diharuskan bergantian piket berjaga sekaligus patroli di sekitar kantor. ”Itu harus dilakukan untuk menanggulangi penyerangan,” tegasnya.
Sementara itu, pengamat terorisme Al Chaidar menjelaskan, pelaku teror dari Jambi itu diduga terhubung dengan jaringan teror yang telah berbaiat pada ISIS. Perlu pula diketahui, dalam beberapa tahun ini memang ada beberapa kali penangkapan terduga teroris di Jambi. ”Mungkin ada satu sel jaringan di sana,” katanya.
Dalam kondisi ISIS yang sangat lemah dan kelompok teror di Filipina yang digempur, ternyata kelompok teror di Indonesia masih mampu beraksi. ”Ini terjadi karena jaringannya masih terus bekerja di Indonesia,” jelasnya.
Yang unik dalam teror tersebut adalah modus pembakaran yang dilakukan. Modus itu tergolong baru dalam melakukan teror. ”Di Indonesia ini belum pernah ada pembakaran dengan latar terorisme,” ungkapnya.
Sementara itu, aparat Polri juga menangkap WNI yang diduga akan menyeberang ke Filipina untuk bergabung dengan kelompok teror di sana. Setyo menuturkan, lelaki berinisial AM dicurigai akan menyeberang ke Filipina dari Manado. ”Setelah ditangkap, dibawa ke Jakarta untuk pemeriksaan,” ujarnya. (idr/c5/ang)