Pilih Garis Start dan Base Camp Komunitas di Poskamling
Hampir semua kepala keluarga di RT 19 RW 6, Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun, menyukai sepeda tua. Sampai-sampai daerah itu layak disebut kampung Warga RT 19 RW 6, Kelurahan Banjarejo, yang Gemari Sepeda Tua
onthel.
SEKAMPUNG gandrung sepeda unta ( unto). Datang saja ke RT 19 RW 6, Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun. Hampir semua rumah di rukun tetangga itu memiliki sepeda antik. Poskamling di Jalan Terate (berada di wilayah RT 19) juga berhias sepeda tua layaknya sebuah monumen.
Penggemar sepeda unta yang mencapai puluhan tersebut berhimpun di Komu- nitas Onthel Papringan (KOP). Mudah saja menandai jadwal anggota komunitas itu berkumpul. Saban malam Sabtu mereka datang ke poskamling RT 19 tanpa harus diundang. Setiap kepala membawa uang bekal Rp 5 ribu. ” kami ya poskamling ini. Biasa dipakai start sebelum bersepeda bareng,” kata Sunarto, wakil ketua KOP.
Agenda bulanan adalah bersepeda dengan rute lebih jauh. Spot yang dipilih lebih ke petilasan dengan menyusuri jalan di pedesaan. Sembari menikmati pemandangan ala desa, mereka beristirahat dengan melahap bekal makanan yang sengaja dibawa dari rumah. Obrolan pun berlangsung gayeng. ”Kalau yang ini acaranya Minggu pagi. Kami berusaha terus menjaga silaturahmi,” ungkap Sunarto.
Pria 42 tahun itu ikut andil mendemamkan sepeda unta di kampungnya. Sunarto kerap berkeliling naik sepeda tua kesayangan. Tetangga kiri kanan akhirnya tertarik. Ada yang sengaja membeli atau memakai sepeda peninggalan orang tua. ”Kampung sini dulu banyak ditumbuhi pring (bambu, Red). Akhirnya kami sepakat ambil nama Komunitas Onthel Papringan,” bebernya.
Sunarto mengklaim bahwa 90 persen warga RT 19 memiliki sepeda unta. Anggota KOP juga berdatangan dari luar kampung dengan latar belakang berbeda. Monumen sepeda di depan
juga berdiri dengan semangat kebersamaan. Ada yang menyumbang roda, lampu, kerangka sepeda, serta suku cadang lainnya hingga komplet. ”Tentunya kalau punya sepeda tua, juga mengoleksi busana tempo dulu,” imbuh Sunarto.
Belajar dari pengalaman, urusan uang kerap menjadi penyebab buyarnya komunitas. Sunarto menyebutkan, kunci kebersamaan di KOP adalah persaudaraan dan transparansi. Musyawarah untuk mufakat membudaya di komunitas tersebut. ”Kami sudah sepakat menolak kepentingan politik masuk ke dalam komunitas.”
KOP tampil sedikit berbeda setelah Bagus Herdo masuk menjadi anggota. Pria 45 tahun itu sebelumnya penyuka downhill. Tak urung, dia mengajak penggemar sepeda unta menjajal rute off-road. ”Baut dan dinamo banyak yang lepas. Serunya di sini, kami sengaja ajak anggota yang mahir servis sepeda tua,” ujar Bagus yang kini menempati pos bendahara komunitas.
Bagus tidak peduli ketika disindir sebayanya karena menggandrungi sepeda tua. Ada yang menilai hobinya tidak berkelas. Namun, dia merasakan kebersamaan yang kental di KOP. Warga Jalan Dwijaya, Klegen, Kartoharjo, Kota Madiun, itu rela tidur bersama beralas tikar ketika ikut event di luar kota. ”Kami tidak menginap di hotel untuk menghemat uang kas yang dikumpulkan seminggu sekali,” ucapnya. (*/hw/c9/diq)