Pertanyakan Batasan Usia dan Pemisahan Level
SALAH satu aturan baru yang disepakati dalam Kompetisi Internal Persebaya tahun depan adalah batasan usia maksimal. Ya, pemain paling tua yang diperbolehkan berlaga adalah mereka yang berusia 23 tahun saat hari pendaftaran. Sebelumnya, klub masih diperbolehkan mendaftarkan lima pemain dengan usia di atas 23 tahun, tetapi di bawah 30 tahun.
Terkait dengan pembatasan usia maksimal, sejumlah klub mempertanyakannya. Pemilik Pelindo III Kardi Suwito, misalnya. ’’Kalau usia dibatasi 23 tahun, nanti yang berusia 24 tahun mau dikemanakan?’’ katanya. ’’Padahal, usia emas pemain sepak bola itu antara 24 tahun hingga 25 tahun. Kalau mereka lari ke daerah lain dan bersinar di sana, sangat disayangkan,’’ lanjutnya.
Kardi juga mengkritisi diberlakukannya pembagian strata (seri A dan B) dalam kompetisi internal tahun de pan. Menurut dia, peringkat tim dalam kompetisi lalu tidak bisa dijadikan patokan pembagian tim di kompetisi yang akan datang. Idealnya, lanjutnya, setiap tim saling bertemu sehingga lebih fair. ’’ Yang bertemu tim di grup A dan B hanya tim yang masuk semifinal. Kalau mau konsepnya ada seri A dan B mungkin baru bisa pada 2019,’’ jelasnya.
Manajer Maesa Slamet Cahyono menuturkan, pembagian strata di kompetisi internal dikhawatirkan malah memunculkan kecemburuan sosial antartim. Apalagi dengan adanya aturan pertandingan di seri A menggunakan Gelora 10 Nopember, sedangkan seri B di Lapangan Persebaya. ’’Secara mental tidak bagus bagi para pemain muda,’’ ujarnya.
Berbeda dengan Kardi yang kurang setuju dengan batasan usia maksimal 23 tahun, pelatih Anak Bangsa Yusuf Moni justru sangat mendukung. Alasannya, pada usia itulah, para pemain dihadapkan pada pilihan untuk melanjutkan karir ke liga profesional. ’’CepatataulambatPSSImemberlakukan batasan usia bagi para pemain liganya,’’ tandasnya. (nic/c14/dns)