Gerah Pagi Sudah Biasa
Kreativitas SMPN 28 Surabaya berbuah prestasi. Tiga kategori penghargaan disabet dalam lomba Hemat Energi di Sekolah 2017.
SEBANYAK 103 siswa SMPN 28 terlihat kompak menari di lapangan sekolah kemarin (13/11). Kostum mereka cerah ceria. Gerakan lincah dan serempak berpadu dengan suara drum yang ditabuh kencang. Rancak.
Sambil berputar dan membentuk berbagai formasi, ratusan siswa tersebut terus bernyanyi. Nadanya diambil dari berbagai lagu hit. Sementara itu, liriknya berisi tentang pentingnya mencintai lingkungan dan selalu menghemat energi.
” Yel-yel ini diciptakan sekolah untuk memberikan semangat kepada setiap siswa dan guru agar cinta lingkungan dan hemat energi,” terang Manajer Sekolah Hemat Energi SMPN 28 Endang Murwanisasi kepada Jawa Pos.
Tidak hanya membuat yel-yel, praktik mencintai lingkungan dan hemat energi tersebut juga dipraktikkan langsung. Salah satunya melalui program MeLuK SaPu (mematikan lampu dan kipas angin saat jam istirahat dan pulang sekolah).
Ya, program yang berjalan mulai Juli itu memang terlihat sederhana. Dari kebiasaan kecil itulah, sekolah mengajarkan pentingnya menghemat energi.
Endang mengatakan, saat ini di SMPN 28 sudah ada beberapa program penghematan energi. Selain MeLuK SaPu, sekolah memiliki gerakan pagi tanpa listrik. Program itu diberlakukan selama 1,5 jam. Pukul 06.30 hingga 08.00.
Gerakan pagi tanpa listrik pada jam awal belajar tersebut diterapkan dengan alasan sederhana. Siswa masih fresh. Baru berangkat sekolah. Hawa pagi tidak terlalu panas sehingga siswa bisa sedikit menahan kegerahan.
Kebiasaan tidak menggunakan energi listrik tersebut, lanjut Endang, awalnya memang sulit diterapkan. Karena sudah terbiasa menggunakan kipas angin, setiap pagi siswa sering rewel. ”Protes tersebut perlahan surut. Siswa mulai terbiasa dengan keadaan pagi tanpa kipas angin,” tuturnya.
Kebiasaan hemat energi yang diterapkan SMPN 28 bertujuan memberikan tanggung jawab kepada siswa dalam penggunaan listrik. Mereka diberi tugas untuk mengatur pengeluaran listrik per hari. Petugasnya dinamai pahlawan energi. ”Saat ini SMPN 28 punya 30 siswa yang didapuk sebagai pahlawan energi,” ungkapnya.
Penggunaan solar cell melengkapi program penghematan energi di sekolah itu. Sekolah memiliki dua lempengan alat penyerap panas matahari tersebut.
digunakan sekolah untuk penerangan ketika malam.
Kepala SMPN 28 Triworo Parnoningrum mengungkapkan, perilaku hemat energi itu merambah lingkungan sekitar. Caranya, para siswa dan guru melakukan sosialisasi di sekeliling sekolah untuk menghemat energi.
Kreativitas dan kerja sama itu berbuah penghargaan dari lomba Hemat Energi di Sekolah 2017. Dalam lomba yang diadakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tersebut, SMPN 28 meraih penghargaan di tiga kategori. Yakni, juara II pahlawan energi, juara III manajer energi, dan juara II sekolah energi. (elo/c7/nda)