Baurkan ABK dengan Siswa Lainnya
PENDIDIKAN untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak hanya di sekolah luar biasa (SLB). Saat ini terdapat 172 sekolah di Sidoarjo yang menjadi sekolah inklusi. Salah satunya adalah SDN Lemahputro 1.
Sekolah tersebut ditunjuk sebagai penyelenggara kegiatan belajar-mengajar (KBM) untuk ABK sejak 2010. Saat ini ada 72 siswa yang setiap hari belajar di sana. Di setiap kelas, minimal ada empat sampai tujuh siswa ABK yang belajar dengan temanteman mereka lainnya. Siswa yang normal terbiasa membantu teman mereka yang ABK.
Misalnya, proses belajar di kelas I-B kemarin (13/11). Guru pendamping untuk kelas tersebut adalah Aim Lailatul dan Eka Qurniawaty. Keduanya memberikan pelajaran kepada 34 murid di kelas itu. Empat di antaranya adalah ABK. Aim duduk di tengah Muhammad Iqbal yang hiperaktif dan Muhammad Azzam, penyandang tunarungu. Ada pula Niemas Aruna yang kesulitan berbicara. Juga Muhammad Mahesa yang down syndrome.
Ketika pelajaran bahasa Indo- nesia dimulai, Eka memberikan aba-aba dari depan kelas agar semua peserta didiknya memperhatikan. ”Ayo hitung teman satu mejanya ada berapa. Terus, ambil buku di belakang sesuai jumlah teman ya!” Eka memberi instruksi. Meja para ABK sengaja tidak dipisah dengan siswa lainnya.
”Supaya mereka bisa membaur. Kalau disandingkan sama-sama ABK, malah jadi pendiam,” terang Aim. Di meja depan, Niemas berhitung dengan cepat. ”Ada empat,” katanya pelan kepada Eka sebelum dia berlari ke belakang mengambil buku. Sementara itu, Azzam harus menghitung dengan lebih sabar. ”Satu, dua, tiga, empat,” ucapnya bocah 7 tahun itu, perlahan.
Aim lantas mendekatkan mulutnya kepada Azzam saat berbicara. ”Ambil empat ya Nak!” katanya. Azzam berjalan kegirangan. Dia tahu bahwa buku bersampul hijau itu memuat banyak gambar berwarna. Gambar tersebut melukiskan anggota keluarga.
Dua guru itu mengakui bahwa ABK paling suka diajak belajar melalui media gambar berwarna. (via/c6/ai)