Mencari Perspektif Lain Sebuah Benda
SURABAYA – Keindahan bisa ditemukan di mana pun. Bergantung perspektif setiap personal. Mana yang dianggap indah bisa dijepret. Tetapi, tidak sembarang jepret. Dalam fotografi Miksang, fotografer perlu mengubah cara pandang mereka terhadap suatu benda. Misalnya, dalam diskusi dan pameran Spirit of Masphoto ( SOM) yang dihelat di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW).
Pameran itu diselenggarakan hingga Jumat (17/11) oleh 28 peserta yang merupakan mahasiswa STKW. Terdapat 77 hasil jepretan peserta yang sudah diseleksi. Karya yang dipajang merupakan hasil jepretan dengan mengubah sudut pandang suatu benda.
Miksang masuk kontemplatif fotografi. Dody S. Mawardi, fotografer freelance asal Jogjakarta, yang mengajarkan teknik tersebut kepada peserta workshop. Dody merupakan salah seorang anggota Asosiasi Profesi Fotografi Indonesia (APFI).
Secara teori, metode kontemplatif fotografi merupakan cara pandang seseorang terhadap benda di sekitar. Yakni, dengan melihat, mengamati, dan mengolah sudut pandang. ’’Ini adalah cara pandang melihat benda dengan cara yang baru,’’ kata Dody.
Pendekatan itu mengajarkan seseorang untuk lebih peka dan jeli melihat aspek lain dengan cara berbeda. ’’Misalnya itu kursi. Tapi, kita tidak menjepretnya secara utuh berwujud sebagai kursi. Bisa salah satu kakinya saja, sandarannya, dan lain-lain,’’ ucap salah seorang peserta, Febryan Erza Musaffa.
Tengok saja salah satu karya milik Erza, sapaan Febryan Erza Musaffa, yang dipamerkan. Sebuah jepretan tanah liat dicetak di selembar kertas foto berukuran folio. Kemudian, hasil karya itu ditempelkan di sebuah tas karung. Foto tersebut berjudul Bawa Pulang. Itu merupakan hasil pemikiran Erza tentang benda yang sangat dekat dengan dirinya.
’’Simpel. Saya berharap tanah liat ini bisa dibawa pulang. Tapi kan tidak mungkin,’’ lanjutnya. Sebagai mahasiswa seni rupa, banyak tugas yang mengaitkannya dengan tanah liat. Tugas menumpuk dan tidak boleh menginap di kampus. Masalahnya, media tidak bisa dibawa pulang.
Jadi, sebuah foto adonan tanah liat dengan banyak tekstur runcing dan menyudut menjadi sisi keindahan yang dipilih Erza dari cerita tersebut. Karya lain datang dari Muhammad Agung Pambudi alias Bopung. Mahasiswa jurusan Seni Murni STKW tersebut menyetorkan 19 hasil foto. Namun, hanya tiga yang lolos seleksi pameran. (esa/c15/jan)