Berondong Penolak Petir
SURABAYA – Warga Sambikerep punya hajat besar kemarin (17/11). Setiap rumah mengirimkan berondong untuk didoakan. Mereka berharap tidak ada yang tersambar petir saat musim hujan.
Ritual itu berlangsung saban tahun, khususnya di RW 4, Kelurahan Sambikerep, Kecamatan Sambikerep. Warga membawa berondong yang terbuat dari beras ketan. berondong itu ditempatkan di sebuah wadah berbentuk persegi yang berbahan pelepah pisang.
Menurut Bakri Gunawan, tokoh masyarakat Sambikerep, barian berondong atau sedekah berondong dilakukan secara turun-temurun. Awalnya, ada sebuah kisah dari warga Sambikerep yang tersambar petir. Lalu, warga tersebut mendapat wangsit untuk mengadakan barian berondong sebagai cara menolak bala.
Jumlah berondong yang dibawa tidak sembarangan. Ada jumlah khusus. Bergantung jumlah anggota keluarga di rumah. Takarannya, setiap orang menyerahkan berondong setengah tempurung kelapa. Jika ada empat anggota keluarga di rumah, warga memba- wa empat tempurung kelapa.
Berondong tersebut ditempatkan di pelepah pisang. Terdapat taburan parutan kelapa dan gula di atas berondong. Gulanya bisa gula putih atau serutan gula merah. Setelah itu, seikat dedaunan ditaruh di atasnya. Daun tersebut terdiri atas daun otok, daun kepodang, daun galong, serta alang-alang.
Setiap daun memiliki makna dan filosofi sendiri. Misalnya, daun otok yang memiliki filosofi sebagai kekuatan. Bentuk tanaman otok kecil. Namun, tanaman itu kuat meski diterpa angin kencang. Daun kepodang yang berbentuk seperti waru melambangkan harapan agar warga Sambikerep selalu mendapat perlindungan dari Yang Mahakuasa.
berondong tersebut lantas dibawa ke balai RW. Lebih dari 500 orang tumpah ruah di sana. Anak kecil, remaja, sampai orang tua membaur. Setelah berondong didoakan bersama-sama, setiap warga membawa pulang berondong tersebut. Sesampai di rumah, berondong harus segera dimakan. (gal/c15/git)