Ingin Menghadap Presiden
SETNOV diajak keluar rumah oleh seorang tamu misterius pada Rabu pukul 18.30. Itu adalah informasi terakhir tentang keberadaan orang nomor satu di parlemen tersebut.
Penyidik KPK yang dikawal personel Brimob pun gagal menjemput Setnov di rumah pribadinya di Jalan Wijaya XIII, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pukul 21.40.
Saat itulah, Setnov dikabarkan ”menghilang”. Nyaris tidak ada satu pun informasi akurat terkait keberadaan Setnov dari sejak malam itu hingga Kamis (16/11) pukul 18.00 atau ketika suami Deisti Astriani Tagor tersebut dikabarkan mengalami insiden kecelakaan Toyota Fortuner nopol B 1723 ZLO di Jalan Permata Berlian, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Pada hari yang sama sebelum insiden terjadi, Jawa Pos sejatinya mendapat informasi terkait keberadaan Setnov. Informasi pada pukul 16.20 itu menyebutkan bahwa Setnov bakal menyerahkan diri ke KPK malamnya. Namun, penyerahan diri tersebut akhirnya kandas seiring terjadinya kecelakaan Fortuner yang dikendarai Setnov.
Bukan hanya informasi itu yang diperoleh Jawa Pos. Sumber tersebut juga mengungkap posisi Setnov pada Kamis pagi dan siang. Kala itu Setnov diduga berupaya menemui Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. Sembari menunggu kepastian jadwal dari Jokowi, Setnov ditengarai berseliweran di area ring 1 orang nomor satu di pemerintahan tersebut. ”Iya, benar (Setnov ingin bertemu presiden, Red),” ujar sumber di lingkungan KPK.
Informasi tersebut dikuatkan Koordinator Masyarakat Antikorupsi Indonesia (Maki) Boyamin Saiman. Dia juga mendapat informasi bahwa Setnov berusaha menghadap presiden. Pada pagi, keinginan itu disampaikan ke Jokowi. Namun, Jokowi menolak secara halus dengan meminta Setnov untukkembalikeistanaketika siang.
Nah, saat siang, Setnov kembali berada di sekitar istana dengan harapan bisa bertemu presiden. Namun, Jokowi kembali menolak permintaan itu dengan alasan hendak memimpin rapat terbatas (ratas). Di saat bersamaan, Jokowi yang didampingi Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla memang diagendakan memimpin ratas mengenai pendidikan vokasi di Istana Bogor, Jawa Barat, siang itu.
”Karena tidak berhasil menghadap presiden, SN (Setya Novanto, Red) akhirnya menuju DPR,” ujar Boyamin kepada Jawa Pos kemarin (19/11). Informasi Setnov berada di DPR itu dikuatkan pernyataan Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono. Menurut Argo, itu diketahui setelah pihaknya memeriksa kontributor Metro
Hilman Mattauch. ”Dia (Hilman, Red) jemput (Setnov) ke DPR, kemudian diajak ke Kebon Jeruk ada live acara Prime Time,” ungkap dia kala itu.
Boyamin menambahkan, informasi keinginan Setnov menghadap presiden itu berasal dari seseorang yang memiliki akses informasi orang-orang yang ingin menemui presiden. Hanya, sumber tersebut tidak mengetahui secara detail untuk apa Setnov bertemu presiden di tengah kejaran KPK itu.
Sejak Setnov dinyatakan ”hilang” pada Rabu malam, Boyamin memang berusaha mencari persembunyian mantan komisaris PT Mondialindo Graha Perdana, perusahaan yang pernah menguasai saham PT Murakabi Sejahtera, itu. Pada Kamis, dia sempat membuka sayembara dengan hadiah Rp 10 juta bagi siapa saja yang memiliki informasi tentang keberadaan Setnov.
Nah, penerima hadiah Rp 10 juta itu pun ditemukan seiring informasi keberadaan Setnov. Orang yang memiliki akses informasi istana itulah yang dinyatakan memenangi sayembara tersebut. ”Tapi, beliau (pemberi informasi Setnov, Red) tidak mau menerima hadiah. Saya kemudian usulkan uang disumbangkan ke anak yatim dan mendapat persetujuan beliau,” ujar mantan pengacara Antasari Azhar itu.
Selain keberadaan Setnov saat pagi dan siang, Boyamin mendapat informasi dari orang tersebut bahwa Setnov bakal menyerahkan diri. Informasi tersebut dikirim pukul 15.42 ke Boyamin. ”Informasi itu paling valid karena terbukti bahwa Setya Novanto memang menuju Kuningan (gedung KPK, Red) untuk menyerahkan diri,” ungkap pengacara asal Ponorogo itu.
Sayang, belum diketahui bersama siapa Setnov selama masa pelarian singkat tersebut. Dugaan yang muncul, Setnov bersama Hilman. Indikasi itu terbilang paling kuat. Sebab, Hilman yang kemarin dipecat pihak Metro TV tersebut terbukti menyopiri Setnov dengan kendaraannya sendiri saat insiden laka lantas terjadi di lokasi yang tidak jauh dari kediaman Surya Paloh itu.
Lalu, bagaimana tanggapan KPK terkait informasi Setnov ingin menghadap presiden. Juru Bicara (Jubir) KPK Febri Diansyah mengaku belum mengetahui kabar tersebut. ”Saya belum mendapat informasi itu (Setnov ingin menghadap presiden, Red),” tuturnya.
Febri mengatakan, informasi soal keberadaan Setnov pasca terbitnya surat perintah penangkapan belum bisa disampaikan secara terperinci oleh penyidik. Sebab, saat ini KPK lebih fokus pada penanganan perkara Setnov sebagai tersangka kasus dugaan korupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) agar bisa berjalan lebih efektif.
”Secara normatif, kalau ada pihak yang menyembunyikan atau menghalang-halangi perkara e-KTP, maka ada risiko hukum pidana,” tuturnya. Pidana merintangi penyidikan itu mengacu pada pasal 21 UU KPK. KPK berjanji tetap menelusuri indikasi keterlibatan pihak lain dalam pelarian Setnov itu. Termasuk Hilman yang memang dekat dengan Setnov sejak 2014.
Juru Bicara Presiden Johan Budi Sapto Pribowo menyatakan tidak mengetahui adanya permintaan bertemu dari Setnov yang masuk ke istana. ”Tidak ada informasi soal itu,” terang pria kelahiran Mojokerto, Jatim, tersebut.
Sepekan belakangan, agenda presiden tergolong padat sehingga tidak ada jadwal pertemuan dengan tamu-tamu tertentu. Senin dan Selasa lalu (13-14/11) Jokowi masih berada di Manila untuk menghadiri KTT ASEAN.
Sementara itu, Kamis (16/11) Jokowi seharian berada di Istana Bogor. Paginya, dia bertemu Pengurus Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah dan dilanjutkan diskusi dengan kepala-kepala suku dari seluruh Indonesia. Kemudian, siang hingga sorenya presiden menggelar dua ratas secara maraton.
Ketua DPP Partai Golkar Andi Akbar Sinulingga mengaku tidak tahu informasi bahwa Setnov berusaha melobi Jokowi saat menghilang sejak Rabu (15/11) hingga Kamis petang.
Di sisi lain, DPP Partai Nasdem ikut membantah rencana Setnov yang menemui Surya Paloh. Sekjen DPP Partai Nasdem Johnny G. Plate mengatakan, kabar itu tidak benar. Malam saat kecelakaan yang menimpa Setnov, pihaknya sedang menggelar rapat kerja nasional (rakernas) di Jakarta International Expo, Kemayoran.
Aktivis Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) Almanzo Bonara mengaku ikut mendengar isu bahwa Setnov berupaya melobi Jokowi. Namun, sampai saat ini GMPG belum bisa memastikan kebenaran isu itu. ”Memang ada ’aromaaroma’ tercium pihak Novanto mencoba melobi berbagai pihak agar lolos dari jerat KPK, tapi kami belum bisa memastikan,” kata Almanzo saat dihubungi.( tyo/ byu/bay/lum/jun/c10/agm)