Jawa Pos

Nilai Lebih Buah Naga Grade C

Buah naga tidak hanya enak dibikin jus atau sekadar dimakan langsung. Kreasi Rini Fertiasari telah menghasilk­an beragam produk bernilai lebih. Semua bagian buah dimanfaatk­an.

-

BROWNIES, roll cake, dan teh. Itulah beberapa produk olahan buah naga yang dibikin Rini Fertiasari. Dengan begitu, orang tidak bosan untuk mengonsums­i buah naga. Saat mengolah buah naga, tidak ada limbah yang terbuang. ”Buahnya jadi brownies dan roll cake, kulitnya jadi teh. Semuanya dipakai,” tutur Rini.

Ide Rini tercetus melihat potensi lokal yang sangat besar di tempat tinggalnya saat ini, Sambas, Kalimantan Barat. Di sana, buah naga terdiri atas beberapa grade. Misalnya, grade A, AB, B, dan C. Grade A, AB, dan B sangat diminati pasar, bahkan selalu diekspor ke Malaysia. Kualitasny­a bagus. Namun, berbeda dengan grade C yang kurang diminati pasar. Ada sedikit bercak-bercak di kulitnya.

”Permasalah­an timbul saat panen raya. Untuk grade C, di tingkat petani cuma seharga Rp 2 ribu–Rp 3 ribu. Mereka memang tidak rugi, tapi sangat disayangka­n harganya cuma segitu. Dan, bisa saja orang bosan kalau setiap hari harus mengonsums­i buah naga saja tanpa diolah menjadi apa- apa,” ujar perempuan kelahiran Cilacap yang memiliki hobi meneliti itu.

Bersama timnya, Rini lantas melakukan penelitian terhadap buah naga grade C. Penelitian dilakukan kali pertama pada 2016. Selain itu, Rini rajin membaca jurnal-jurnal internasio­nal yang membahas buah naga. Butuh waktu berbulan-bulan hingga dia menemukan racikan yang pas untuk mengolah buah naga menjadi kue dan teh.

Hasilnya, awal 2017 Rini berhasil menemukan formula yang pas untuk membuat brownies, roll cake, dan teh dari buah naga grade C. Selanjutny­a, dia membuka usaha yang diberi mana Dr. Cantea alias Dragon Cake and Tea.

Rini tidak sendirian mengembang­kan usaha tersebut. Ada tim dengan masing-masing. Misalnya, Ahmad Ridho yang berfokus pada packaging, desain kemasan, serta pemasaran lewat website. Lalu, Sri Mulyati berfokus pada analisis biaya, analisis usaha, dan pemasaran. ”Produk tersebut diciptakan untuk menambah keanekarag­aman pangan dan memberi nilai tambah pada buah naga. Saat ini di Kalimantan Barat belum ada yang mengolah menjadi produk pangan,” kata dosen agribisnis di Politeknik Negeri Sambas itu.

Rini mengaku ingin membuat Sambas menjadi pusat pengolahan buah naga se-Kalimantan Barat. Terlebih dengan ketersedia­an buah naga yang melimpah di Sambas. Meski usahanya terbilang baru, produk Dr. Cantea sudah dikenal di seluruh Kalimantan Barat. Respons masyarakat juga cukup baik.

Dalam sebulan, pesanan brownies dan roll cake Dr. Cantea masing-masing bisa mencapai 40 pack. ”Sistem Dr. Cantea adalah preorder, sesuai pesanan saja. Sebab, kuenya tanpa bahan pengawet. Fresh from the oven,” ujar Rini.

Brownies buah naga dengan ukuran 30 cm dijual Rp 40 ribu. Sedangkan roll cake dibanderol Rp 30 ribu–Rp35 ribu, bergantung topping- nya. Adapun untuk teh buah naga, harganya Rp 14 ribu.

Khusus produk teh, permintaan justru banyak datang dari luar Kalimantan Barat. Bahkan dari Jogjakarta.

Selama ini, pemasaran Dr. Cantea masih mengandalk­an pameran. Tidak jarang, Rini dan tim masuk ke dinas-dinas di Kalimantan Barat untuk menawarkan produknya. Selain itu, penjualan dilakukan secara online melalui website, Instagram, dan Facebook.

Dalam menjalanka­n usahanya, Rini mempekerja­kan mahasiswa. Sampai saat ini, Dr. Cantea memiliki lima mahasiswa yang membantu untuk produksi, promosi, dan pemasaran. ”Pengolahan buah naga ini memang dibantu beberapa mahasiswa. Tujuannya adalah memotivasi mereka menjadi wirausaha sehingga bisa punya pemasukan sendiri,” kata Rini. ( charina marietasar­i/c21/fal)

 ??  ?? job desk
job desk

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia