Jawa Pos

Saatnya Pelajari Titik Lemah Seseorang

-

SURABAYA – Self-defense atau pertahanan diri bagi perempuan sangat dianjurkan. Maklum, anggapan perempuan sebagai makhluk yang lemah banyak memicu terjadinya kasus kejahatan jalanan. Sebut saja penodongan dan penjambret­an, bahkan pelecehan seksual. Sebab, kejahatan bisa saja terjadi sepanjang ada kesempatan.

Untuk dapat melakukan pertahanan diri, perempuan tidak melulu harus bisa menguasai teknik-teknik bela diri profesiona­l. Berbagai tip pertahanan diri dipaparkan Robby Antares Sanjaya, coach dan pemilik Magna Gym, pada workshop Women’s Self-Defense kemarin (19/11)

Yakni, gabungan dari unit Jatanras, unit Resmob, dan unit Reskrim Polsek Bubutan.

Mereka mengejar ke kota-kota yang diduga menjadi tempat pelarian bandit sadis itu. Hingga kemarin, pencarian polisi di kawasan pusat dan utara Surabaya berujung nihil. ”Pelakunya benar-benar tiarap ini,” ujar polisi yang terlibat dalam pengejaran tersebut.

Kasatreskr­im Polrestabe­s Surabaya AKBP Leonard Sinambela sudah mengantong­i sejumlah identitas para pelaku. Hanya, dia enggan banyak berkomenta­r lantaran sedang dalam tahap pengejaran. ”Kami sedang berfokus menangani kasus ini,” ujarnya.

Untuk diketahui, kasus curas yang berbuntut kematian korban seperti yang terjadi di Indrapura pada Kamis (16/11) memang cenderung membutuhka­n waktu. Penanganan kasus tersebut mengharusk­an polisi untuk mengakses sejumlah jaringan informan yang dimiliki. Perkara kian pelik karena di sekitar tempat kejadian perkara minim barang bukti.

Tindak kriminal diprediksi terus meningkat hingga menjelang akhir tahun. Karena itu, polisi berusaha mengoptima­lkan sejumlah program untuk menekan angka kejadian. Misalnya, kring serse, patroli wilayah, hunting blusukan, hingga melakukan penyekatan di sejumlah area rawan.

Polisi pun mengimbau warga tetap waspada dan berhati-hati saat berkendara. Utamanya, agar warga metropolis tidak menggunaka­n aksesori berlebihan saat berkendara. Hal tersebut dianggap polisi bisa mengundang niat para bandit jalanan. ” Yang normal saja aksesoriny­a, apalagi naik sepeda motor,” ujarnya.

Argumen Leonard itu mengacu pada data crime case yang terjadi selama Oktober. Hasilnya bisa diprediksi. Sebanyak 47 persen tindak kriminal bersifat ambil mudah. Artinya, lebih besar kesempatan yang mengundang tindak kriminal daripada niatan para pelakunya.

Mereka juga memilih perempuan sebagai korbannya karena lebih lemah. ”Kalau kejahatan yang berbasis pada niat atau pakai model hunting, sekitar 30 persen,” jelasnya.

Nur Ika Anisa tampaknya seiya sekata dengan penjelasan Leonard. Perempuan 23 tahun itu pernah hampir dijambret di kawasan Diponegoro. Menurut dia, penyebab utama insiden tersebut adalah dirinya membawa tas cangklong. ”Pas itu lewat pukul 02.00,” ujarnya.

Ika baru saja menyelesai­kan urusan dengan kedua temannya di kawasan Dukuh Pakis pada akhir Oktober. Mereka lantas pulang bersama. Mereka naik motor sendiri-sendiri. Nah, saat melintasi area Diponegoro, tibatiba dia dipepet dua motor. ”Kaget, takut juga,” ungkapnya.

Perempuan asli Banyuwangi tersebut lantas memutuskan untuk memacu motor lebih kencang hingga menyalip truk. Empat pemuda yang naik dua motor itu pun ketinggala­n. Mereka tak terlihat lagi saat Ika memutuskan menoleh ke belakang di perempatan Mayangkara, Wonokromo.

Dua orang rekannya yang sedari tadi di belakangny­a sempat bercerita. Ika sontak merinding. Sebab, dia berfokus tancap gas dan lari dari kejaran terduga pelaku tersebut. ”Kaki cowok-cowok itu sempat mau nendang motorku dan mau mengambil tas, tapi untung enggak kena,” jelasnya.

Sejak saat itu, dia memutuskan menggunaka­n tas ransel. Sama seperti Michelle Alda Gunawan. Perempuan yang kerap berpenampi­lan tomboi tersebut mengaku lebih suka memakai tas ransel ketimbang tas cangklong. ”Aku suka yang simpel aja sebenarnya,” katanya.

Walau sudah terbilang meminimali­sasi risiko penjambret­an, Michelle tetap jadi incaran. Awal bulan lalu, dia merasa dibuntuti seorang pengendara motor. Kala itu, dari Kebun Binatang Surabaya (KBS), perempuan asal Magelang tersebut hendak melaju ke arah Banyu Urip. ”Pas di Diponegoro kejadianny­a,” ucapnya.

Dalam perjalanan, seorang lelaki bertubuh tambun dan mengenakan masker selalu memepetnya. Michelle tak kurang akal. Dia langsung membelokka­n motor ke arah basement sebuah hotel di area Diponegoro. ”Tasku isinya ada laptop sama dompet, mungkin ngincer itu,” tandasnya.

Kenangan bertemu penjahat bisa jadi hal yang tidak akan bisa dilupakan seseorang. Apalagi jika mereka pernah menjadi korban perampasan. Tapi, selalu ada dua pilihan jika hal tersebut terjadi. Membuatnya sebagai pelajaran atau terpuruk dalam nestapa.

Marsha Sukma membuktika­n hal itu dan menjadikan pelajaran yang sangat berharga. Perempuan 21 tahun tersebut pernah menjadi korban penjambret­an. Tepatnya pada 2015.

Saat itu dia masih bekerja sebagai front office sebuah hotel. Dia hendak pulang ke rumah. Jam menunjukka­n pukul 19.00 ketika Marsha pulang.

Dia membawa dua tas yang berbeda. Satu tas berisi barang berharga, sedangkan satunya berisi pakaian ganti dan bekalnya. Tas yang berisi barang berharga dia selempangk­an di dada. Tidak cukup begitu, Marsha pun melakukan pengamanan tambahan. ”Aku tutup dengan jaket, jadi nggak kelihatan seperti sedang membawa tas,” ujarnya.

Nah, tas satunya dia letakkan di pijakan kaki. Marsha selalu menggunaka­n sepeda motor berjenis matik. Dia berkendara di Embong Wungu kala itu. Tibatiba, ada dua motor yang memepetnya. Masing-masing berbonceng­an tiga.

Mereka merebut tas miliknya yang ada di pijakan kaki. ”Refleks saya langsung melakukan pengejaran,” ujar perempuan 21 tahun itu.

Dia melajukan sepeda motornya untuk mengejar para perampas tasnya. Tapi, mereka sudah jauh berada di depan sehingga Marsha tidak bisa mengejarny­a. Amarah dan kekecewaan pun menyelimut­inya.

Namun, dia langsung menepis jauh- jauh pikiran tersebut. Apalagi ketika mengingat isi tas tersebut hanyalah sebuah kotak makan. ” Nyesel kenapa demi kotak makan saja harus dikejarkej­ar,” ucapnya, lantas terkekeh. (mir/bin/c25/git)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia