Belajar dari Barang Pecah
BERBISNIS barang pecah belah cukup rumit. Terutama soal pengiriman barang. Itu pengakuan Dony. Kalau ada pengiriman ke luar kota, barang berisiko pecah. Padahal, itu sudah diantisipasi dengan pengepakan yang baik.
Dony tidak bisa memperkirakan yang terjadi selama proses pengiriman. ’’Pernah kejadian, sampai tujuan, barangnya pecah,’’ katanya. Kalau sudah begitu, dia yang harus menanggungnya. Apalagi kalau penyebabnya kesalahan pengemasan. Akhirnya, Dony harus mengirim lagi suvenir yang baru ke pelanggannya. Suatu kali 15 barang yang dikirim ke pelanggan pecah. ’’Ya harus ganti. Rugi Rp 75 ribu,’’ ceritanya.
Kejadian-kejadian tersebut menjadi pembelajaran buat Dony. Dia jadi semakin ulet. Dia juga belajar teknis pengepakan yang baik agar hal serupa tidak terjadi lagi. ’’Mungkin pas itu saya yang salah mengepaknya,’’ tuturnya.
Dony berangan-angan ke depan bisa memproduksi sendiri gelas itu. Sebab, selama ini, dia masih mengambil pasokan gelas dari gudang di kawasan Kenjeran. ’’Pengin juga sih memproduksi suvenir berbahan kayu,’’ ucapnya.
Mungkin perjalanan ke arah sana belum bisa diwujudkan dengan cepat. Tetapi, setidaknya dia sudah memulainya. ’’Harus sabar mengumpulkan modal dulu,’’ katanya. Kalau modalnya sudah terkumpul, cowok 17 tahun tersebut ingin segera merealisasikannya. Apalagi, menurut dia, pangsa pasarnya cukup besar. Dia optimistis bisa membesarkan usahanya. (kik/c20/jan)