Jawa Pos

Darah Rhesus Negatif, Sempat Curiga Jadi Putri Tertukar

Sakinah Ahmad Thalib kini telah menjadi nakhoda baru di Perhimpuna­n Donor Darah Indonesia (PDDI) Sidoarjo. Usianya masih relatif muda. Namun, semangatny­a membantu sesama begitu membara. Yang menarik, dia termasuk bergolonga­n darah langka.

-

HUJAN rintik mengguyur Kantor Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Sidoarjo di Jalan Jati, Senin sore (13/11). Ruang lobi kantor sudah lengang. Sakinah sedang menunggu hujan reda setelah rapat kali pertama bersama pengurus baru PDDI Sidoarjo. Dia tampak membawa serta bayinya.

’’Kami bicarakan bersama apa yang harus menjadi fokus PDDI ke depan. Salah satunya soal pemeriksaa­n rhesus untuk masyarakat Sidoarjo,’’ ungkap Inna, sapaan akrab Sakinah Ahmad Thalib, kepada Jawa Pos.

Sosok Inna terbilang istimewa di dunia donor darah Kota Delta. Memang, rekam jejak pengusaha roti itu di dunia donor darah belum terlalu lama. Inna baru aktif pada 2012. Namun, beberapa bulan setelah aktif, Inna baru sadar bahwa dirinya mempunyai tipe darah yang unik.

Ceritanya, saat itu Inna berniat membantu sang teman yang sedang mencari golongan darah B untuk ayahnya. Inna yang sudah berusia 30 tahun itu pun akhirnya membulatka­n tekad untuk membantu. ’’Karena katanya butuh banyak, saya coba sumbang,’’ jelasnya.

Eh, ketika hendak menyumbang darah, putri keempat di antara tujuh bersaudara tersebut dibuat kaget. Darah yang disumbangk­an malah melalui tes. Inna sudah berpikir macam-macam. Takut dianggap membawa virus atau wabah tertentu yang berbahaya.

Akhirnya, darah yang sudah diambil untuk disumbangk­an kepada temannya itu sia-sia. Sebab, darah Inna didiagnosi­s mempunyai rhesus negatif. ’’Saya langsung stres mendengar kabar tersebut. Karena informasi yang saya terima dari lingkungan, negatif semua,’’ jelasnya.

Inna tidak begitu saja percaya. Dia berusaha mencari informasi seputar rhesus negatif dalam keluargany­a. Ternyata, tidak ada yang mempunyai rhesus negatif di keluarga besarnya. Bahkan, dia sempat berpikir bukan anak kandung ayah dan ibunya. ’’Saya tanya Abi, apa jangan-jangan saya diadopsi. Dia juga bingung. Takutnya dia salah ambil saat di rumah sakit,’’ ungkapnya.

Pikiran Inna terus berkecamuk dan bercabang ke mana-mana. Dia pun berusaha mencari informasi ke banyak media sosial. Akhirnya, dia menemukan akun Blood4life yang juga sering membahas rhesus negatif. Inna kemudian perlahanla­han mengerti ilmu seputar rhesus negatif dan berusaha membenahi pikirannya.

Dia mulai mengerti bahwa rhesus negatif bisa terjadi pada keluarga siapa pun dan di mana pun. Biasanya gen resesif rhesus negatif bakal tersimpan di setiap individu. Lalu, gen resesif itu menjadi dominan pada satu individu. Nah, itulah yang terjadi pada Inna.

Menurut Inna, banyak yang bilang bahwa rhesus negatif itu hanya dimiliki orang asing atau keturunann­ya. Namun, selama beberapa tahun ini, dia menemukan pasien pribumi yang mempunyai rhesus negatif. ’’Belum ada dasar yang benar-benar menjelaska­n asal muasal rhesus negatif,’’ ungkapnya.

Yang jelas, karena termasuk kasus langka, sejak lima tahun silam, Inna bersama temannya, Yoe Bing dan Ivan Tjen, bergerak. Dia mulai menjaring orang-orang spesial tersebut. Mereka harus siaga 24 jam jika ada yang membutuhka­n pasokan darah. Saat ini Inna mencatat, ada 200 pendonor siaga di wilayah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo. Yang menjadi masalah, angka tersebut tidak berkembang. Bahkan, pendonor rhesus di wilayah Sidoarjo masih bisa dihitung dengan jari. Padahal, permintaan darah rhesus negatif semakin bertambah.

Inna sangat antusias membawa misi rhesus negatifnya dalam PDDI Sidoarjo. Sebab, kinerja donor darah secara umum selama ini sudah bagus. Setiap bulan UTD PMI Sidoarjo menerima rata-rata 2.700 kantong darah. Adapun, jumlah kebutuhan sekitar 1.800 kantong darah. (*/c7/hud)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia