Jawa Pos

Sukses Ajak Ibu-Ibu Sadar Berikan ASI

-

Tujuannya, mereka terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan. Salah satunya adalah upaya kesehatan perorangan (UKP). Di puskesmas tersebut dibuat poli santun lansia yang terintegra­si dengan pojok gizi.

Di sana para lansia tidak perlu capek-capek mengantre. Puskesmas membuatkan jalur khusus bagi mereka. Rupanya, pihak puskesmas tahu bahwa para orang tua harus memperoleh pelayanan ekstracepa­t. Bila sakit, tentu mereka harus segera ditangani. Jangan sampai sakit mereka bertambah parah karena kelamaan mengantre.

Setelah melakukan registrasi, para lansia bisa langsung menunggu di depan poli. Mereka duduk di bangku panjang berbahan aluminium. Ada 12 bangku yang dipasang. Saat Jawa Pos berkunjung ke puskesmas pada Sabtu (18/11), tidak seluruh kursi terisi. Letak poli juga tidak jauh dari kamar mandi. Jadi, kalau ada kakek-kakek yang kebelet pipis, mereka tidak perlu jalan terlalu jauh mencari kamar mandi. Karena proses berobat lebih pendek tersebut, para lansia di Tandes dan sekitarnya tertarik ke sana.

Poli lansia itu beda dengan puskesmas lain. Sebab, di sana terdapat pojok gizi. Yang bertugas adalah ahli gizi. Nah, para lansia pun bisa dengan mudah berkonsult­asi dengan para ahli tersebut. Mereka bisa bertanya apa pun terkait dengan makanan sehat yang bisa dikonsumsi. Misalnya saja, pada lansia dengan diabetes melitus (DM) dan hipertensi. ’’Kami juga membuat program pengelolaa­n penyakit kronis (prolanis). Misalnya, DM dan HT,’’ kata Kepala Puskesmas Balongsari Sri Hawati.

Dengan program tersebut, puskesmas bisa lebih optimal melayani pasien. Dari program tersebut, 75 persen pasien yang datang berhasil terkontrol.

Puskesmas juga menjalin relasi yang akrab dengan para pasien lansia. Caranya, membentuk paguyuban lansia. Sebulan sekali kader paguyuban mengadakan pertemuan. Kadang di puskesmas, kadang pula di rumah warga. Entah untuk sekadar arisan atau sekalian mengundang petugas puskesmas untuk memberikan penyuluhan. Bahkan, ketika para lansia pengin piknik, petugas puskesmas selalu mereka ajak. ’’Paling sering di sekitar Surabaya. Tapi, pernah dulu piknik sampai ke Jogja. Kalau nggak salah, sampai 120 orang,’’ papar Sri.

Para petugas itu juga bertugas mengawasi kesehatan para lansia selama perjalanan hingga balik ke rumah. Karena itu, sebelum piknik, para kader melakukan seleksi. Mereka yang memiliki risiko tinggi tidak diperboleh­kan ikut dalam kegiatan tersebut.

Tidak cukup itu, ada juga program lain yang menjadi unggulan. Yakni, pelayanan paliatif. Itulah pelayanan bagi pasien dengan keganasan. Salah satunya adalah pasien kanker. Poli tersebut sebenarnya ada sejak lama. Tepatnya dirintis sejak 2007. Puskesmas menyiapkan waktu tersendiri untuk mendamping­i mereka. Yaitu, saban Senin.

Dulu, setiap poli paliatif beraktivit­as, selalu ada dokter dari RSUD dr Soetomo. Sekarang tidak lagi. Sebab, dokter di sana sudah bisa menangani sendiri. Makanan tambahan berupa susu juga diberikan bagi pasien dengan keganasan. Termasuk kunjungan ke rumah pasien.

Sri juga bangga dengan keberadaan kampung ASI yang terintegra­si dengan toga daun katuk. Dulu ibu-ibu di sana lebih percaya dengan susu formula bagi jabang bayinya. Kini, berkat jerih payah puskesmas, banyak ibu yang beralih menyusui anakanakny­a dengan ASI. Cakupan ASI melebihi target 85 persen. Bayi pun sehat.

Bahkan, tidak sedikit ibu yang memanfaatk­an daun katuk yang sudah banyak tumbuh di rumahrumah warga untuk memperlanc­ar ASI. Hemat biaya. ’’Ini kami rintis karena kami sudah beberapa kali mencari di toko yang menjual toga, tapi tidak ada,’’ tutur dokter lulusan Universita­s Airlangga tersebut.

Dengan berbagai keberhasil­an inovasi itu, Puskesmas Balongsari meraih gelar sebagai juara pada kategori FKTP berprestas­i tingkat nasional. Tetapi, tentu saja bukan hanya inovasi tersebut yang mengantar mereka menjadi juara. Manajemen administra­si di puskesmas itu juga oke.

Ada sedikit kisah saat penilaian tersebut berlangsun­g. Puskesmas harus melewati dua tahapan. Yakni, lolos di tingkat kota dan provinsi. Setelah Puskesmas Balongsari dinyatakan lolos, tim penilaian nasional datang berkunjung pada pertengaha­n Agustus. ’’Waktu itu kami seharusnya dapat seragam, tapi ternyata belum jadi. Akhirnya, ketika penilaian, kami semua salah kostum,’’ ungkap Sri, lalu tersenyum.

Tetapi, semua itu bukan masalah. Mereka tetap berhasil menjadi pemenang pertama berkat kerja keras dan berpikir inovatif. Pada Sabtu (11/11), Sri menerima plakat penghargaa­n sebagai perwakilan juara pertama FKTP berprestas­i tingkat nasional di JIExpo, Kemayoran, Jakarta.

Dua hari kemudian, Sri dipanggil lagi untuk datang ke dinas kesehatan provinsi. Kali ini dia harus menerima penghargaa­n juara FKTP berprestas­i tingkat provinsi. Prestasi itu bukan kali pertama. Pada 2016, puskesmas tersebut juga mendapat juara kedua kategori puskesmas akreditasi paripurna tingkat nasional. (*/c14/git)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia