Pertanyakan Sinergi Ritel dengan Warung
JAKARTA – Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) tidak tergesa-gesa mengamini rencana pemerintah yang akan menyinergikan ritel modern dengan warung tradisional. Mereka menyatakan ingin mendapat paparan yang lebih jelas terkait kerja sama tersebut.
”Gagasan tersebut harus dilihat konsep kerja samanya seperti apa. Jika ritel masuk ke warung tradisional sebagai pemasok, rasanya kurang tepat. Sebab, itu sama saja mematikan pemasok warung tradisional yang notabene adalah pengusaha mikro rumahan,” ujar Ketua Umum Akumindo Ikhsan Ingratubun.
Ikhsan mengingatkan, dua usaha itu memiliki segmen konsumen yang berbeda. Kebijakan dan perlakuannya pun perlu dibedakan. ”Perlu diingat bahwa pelanggan ritel modern adalah menengah ke atas, sedangkan pelanggan warung adalah menengah ke bawah,” katanya.
Jika ingin menciptakan iklim persaingan yang fair, lanjut dia, seharusnya kebijakan izin untuk ritel modern dimoratorium. Dengan begitu, warung tradisional bisa mendapatkan porsi penjualan yang memadai.
Akumindo menyatakan belum dapat menangkap maksud pemerintah mengeluarkan wacana tersebut. Menurut mereka, tidak ada urgensi yang membuat ritel modern dan warung tradisional harus bersinergi. Sebagian produk warung tradisional diperoleh dari belanja sendiri ke distributor yang lebih murah. Tujuannya mendapatkan keuntungan yang memadai. ”Namun, jika pemasoknya dari ritel, belum tentu harganya bisa murah seperti yang didapatkan sekarang,” jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa sinergi tersebut merupakan wujud nyata kepedulian sekaligus keberpihakan terhadap pemberdayaan warung tradisional dan pelaku UMKM.( agf/c6/fal)