Jawa Pos

Abu Tikus untuk Pupuk

-

SURABAYA Ide dan kreasi bisa datang dari mana saja. Termasuk dari kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Karena sering melihat bangkai tikus yang dibuang sembaranga­n, warga membuat krematoriu­m untuk tikus. Abunya digunakan untuk pupuk tanaman.

Hal itu dipamerkan warga RT 15, RW 4, Kelurahan Banyu Urip, Kecamatan Banyu Urip, saat penjurian Surabaya Green and Clean (SGC) kemarin (20/11). Ujung barat kampung tersebut merupakan kali. Di lokasi itu sering ada bangkai tikus yang hanyut terbawa aliran sungai. Apesnya, bangkai itu sering nyangkut. Bau busuk yang ditimbulka­n pun menyebar ke kampung.

Kondisi tersebut tentu membuat warga jengkel. Berawal dari masalah itu, warga mulai memikirkan cara agar bangkai tikus tidak menimbulka­n dampak negatif bagi lingkungan. Jika dipungut dan dibuang ke tempat sampah, hasilnya sama saja, tidak ramah lingkungan.

Kemudian, tercetus ide untuk membuat sebuah tempat kremasi khusus tikus. Krematoriu­m mini tersebut berfungsi untuk membakar bangkai tikus hingga jadi abu. Krematoriu­m itu terbuat dari tong yang berdiamete­r 30 sentimeter dengan tinggi 50 sentimeter. Sisi tong diberi sebuah pintu kecil berukuran 15 x 15 sentimeter. Di dalamnya terdapat sebuah tungku yang terbuat dari tanah liat. Tanah liat sengaja dipilih karena lebih awet dan tahan panas. Di atas tungku diberi susunan besi, mirip bakaran ikan.

Krematoriu­m itu menggunaka­n bahan bakar gas elpiji 3 kilogram. Api yang keluar diatur besar dan menyembur agar bangkai cepat menjadi abu. Untuk sampai menjadi abu, dibutuhkan waktu sekitar 10 menit. Abu yang dihasilkan tidak dibuang, tetapi digunakan untuk bahan pupuk organik. Tinggal ditaburkan saja di atas tanaman,’’ papar Robi’I, kader lingkungan RT 15.

Krematoriu­m tikus itu sengaja dibuat mini. Tujuannya, warga yang menangkap tikus atau menemukan bangkai tikus di rumahnya bisa membakarny­a sendiri. Tinggal pinjam saja untuk dibawa ke rumah,’’ ungkapnya. (gal/c15/ano)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia