Gunung Agung Semburkan Asap Tebal
PVMBG Antisipasi Letusan Lebih Besar
JAKARTA – Meski sudah lebih dari tiga pekan turun status dari awas ke siaga, aktivitas vulkanis Gunung Agung belum sepenuhnya berhenti. Kemarin sore (21/11) gunung tertinggi di Bali itu menyemburkan asap tebal setinggi 700 meter dari atas kawah puncak. Berdasar analisis Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), asap tersebut bersumber dari letusan
”Terjadi letusan Gunung Agung pada pukul 17.05 Wita,” ungkap Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana kepada Jawa Pos kemarin. Berdasar data yang diterima, abu letusan bertiup ke timur dan tenggara. Sampai berita ini dibuat tadi malam, letusan masih terus terjadi. Untuk itu, PVMBG meminta masyarakat mengikuti setiap rekomendasi yang dikeluarkan.
Menurut Devy, letusan didahului low frequency tremor. ”Masih dipantau,” ungkap Devy. Meski begitu, status Gunung Agung tidak berubah. Tetap siaga atau berada pada level III.
Berdasar laporan dari Pos Pantau Gunung Api Agung di Karangasem, sejak pukul 12.00 sampai 18.00 Wita, hanya terjadi dua kali gempa vulkanik dalam dan satu kali gempa tremor non-harmonik. Namun, letusan kemarin sore disusul tremor menerus yang termonitor masih terjadi sampai pukul 20.40 Wita. ”Tremor (menerus) sudah satu jam lebih dan masih berlangsung,” tambah Devy.
Dia menjelaskan, kondisi itu menunjukkan bahwa guncangan terjadi di sekitar permukaan kawah Gunung Agung. ”Kami monitor terus apakah pada akhirnya sumbat lava (sisa letusan pada) 1963 terbongkar sepenuhnya atau tidak,” terang dia. ”Nanti kalau sudah terbongkar, kemungkinan di area puncak akan terang karena lava segar keluar, suara juga akan terdengar,” sambungnya.
Meski demikian, PVMBG tidak bisa memastikan apakah sumbat lava akan terbongkar atau tidak. ”Kami hanya bisa memonitor,” ujarnya. Yang pasti, PVMBG sudah siap dengan segala kondisi. ”Kita sama-sama berdoa dan berharap nggak sampai keluar besar,” tambahnya. Mereka juga meminta masyarakat tetap tenang dan tidak mendekati, apalagi masuk, zona bahaya sesuai dengan rekomendasi yang sudah dikeluarkan.
Selain terus memantau kondisi Gunung Agung, PVMBG meningkatkan status volcano observatory notice for aviation (VONA). Dari semula berwarna kuning menjadi oranye. ”Para pemangku kepentingan di sektor penerbangan dapat mengakses fitur VONA,” kata Devy. Namun, aktivitas di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai masih normal.
Ahli gunung berapi Surono menjelaskan, letusan Gunung Agung didominasi uap. Soal informasi yang simpang siur terkait letusan tersebut, dengan tegas dia menuturkan, tidak dikenal istilah letusan awal atau letusan akhir ketika berhadapan dengan bencana gunung api. ”Semua material yang keluar dari gunung api, entah itu asap atau apa itu, namanya erupsi,” terang dia.
Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Na sional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengimbau masyarakat tetap tenang. Selain itu, dia menyampaikan agar masyarakat di sekitar Gunung Agung maupun pendaki dan wisatawan tidak berada di zona perkiraan bahaya. ”Area bahaya itu ada dalam kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 6 km dari kawah puncak,” ungkapnya.
Zona perkiraan bahaya tersebut juga ditambah perluasan sektoral ke arah utara-timur laut dan tenggara-selatan-barat daya sejauh 7,5 km. ”Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktuwaktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling terbaru,” imbuhnya.
Hingga kini, jumlah pengungsi Gunung Agung adalah 29.245 jiwa di 278 titik pengungsian. BNPB bersama BPBD dan unsur terkait terus menyiapkan upaya penanganan terkait dengan meletusnya Gunung Agung. ”BNPB terus melakukan koordinasi dengan PVMBG,” ujar Sutopo. Sampai tadi malam, letusan masih berlangsung dengan asap kelabu tebal dengan tekanan sedang hingga tinggi maksimum 700 meter di atas puncak. Abu letusan bertiup ke timur dan tenggara. ( lyn/syn/c10/oki)