Jawa Pos

Leptospiro­sis Muncul Lagi

Seorang Warga Meninggal, Tiga Orang Jalani Perawatan

-

SURABAYA – Setelah lima tahun, kasus leptospiro­sis kembali muncul di Surabaya. Kasus tersebut terjadi di Dukuh Karangan, Kelurahan Babatan, Kecamatan Wiyung. Bahkan, penyakit yang disebabkan air kencing tikus yang ter- infeksi bakteri leptospira itu telah mengakibat­kan salah seorang warga meninggal dunia. Kini kasus itu mendapat pengawasan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya dan Jawa Timur

’’ Tadinya saya ingin belajar bahasa Inggris di sini,’’ kata Jay. Dia merasa, belajar bahasa Inggris di negara orang akan lebih manjur karena lebih sering dipakai. Namun, ternyata banyak orang Indonesia yang ditemuinya tak bisa berbahasa Inggris. Saat menggunaka­n bahasa Indonesia, lagi-lagi Jay kecele. ’’ Ternyata mereka pakai bahasa Jawa,’’ ujarnya, lantas tertawa kecil. Alhasil, malah bahasa tubuh yang makin dia kuasai.

Karena saat itu tinggal bersama keluarga Indonesia, Jay tergerak untuk belajar bahasa sekaligus budaya Indonesia. Sebagian besar hal yang dia temui itu lantas ’’diabadikan’’ dalam bentuk video. Hasilnya dia share di akun YouTube yang sudah dibuatnya pada 2014 tersebut. ’’Kebetulan, vlogging juga makin booming akhir-akhir ini,’’ ungkap YouTuber dengan lebih dari 18 ribu subscriber tersebut.

Hingga kini, Jay sudah mengunggah 250 video. Sebanyak 180 video di antaranya berisi kehidupann­ya di Indonesia.

Jay tertarik membuat video sejak duduk di bangku SMA. Awalnya, dia hanya suka memotret. ’’Sejak umur 12 tahun, saya suka ambil gambar dengan menggunaka­n kamera. Waktu itu kamera belum bisa buat video,’’ jelas pemuda asal Jeonju tersebut. Setelah duduk di bangku SMA, barulah dia membeli kamera DSLR yang bisa dipakai untuk merekam video. ’’Sejak itu, saya suka buat video satu menit, dua menit,’’ ucap Jay.

Menurut dia, lewat video, dirinya bisa menceritak­an lebih banyak hal daripada hanya lewat foto. Lebih atraktif. Apa saja dia rekam ke balik lensa. Umumnya tentang kehidupann­ya sehari- hari. Kebiasaan itu berlanjut sampai dia tinggal di Indonesia. Apalagi, Indonesia penuh hal baru yang belum pernah dia lihat. Terutama pemandanga­n alam dan... buahbuahan. Jay sangat suka buahbuahan. ’’Saya paling suka manggis dan mangga,’’ terangnya.

Sebab, di negara asalnya, tak banyak buah-buahan yang tersedia. Rata-rata buah-buahan diimpor dari negara lain. Harganya pun melambung. Lebih mahal daripada kosmetik.

Semenjak datang ke Indonesia, Jay rutin makan buah. Dia bahkan tak segan belanja buah sendiri ke pasar tradisiona­l yang lantas direkamnya menjadi vlog. ’’Waktu ke pasar itu, saya cuma bilang, ’Manggis, mangga,’ ke penjualnya,’’ jelas Jay. Si penjual biasanya langsung paham.

Beberapa pasar di Surabaya pernah dia kunjungi. Di antaranya, Pasar Atum, Soponyono, dan Turi. Menurut dia, pasar di Indonesia lebih menarik jika dibandingk­an dengan pasar di Korea Selatan. Memang, di negara asalnya, pasar tradisiona­l lebih bersih. ’’Namanya memang tradisiona­l, tapi penampilan­nya sudah modern,’’ papar pemuda yang tinggal di kawasan Pakuwon City tersebut.

Di Indonesia, menurut Jay, pasarnya benar-benar masih tradisiona­l. Harganya masih bisa ditawar. Beberapa bagian pasar masih beralas tanah. Orangorang­nya juga terkesan lebih ramah dan kekeluarga­an.

Sejumlah ikon Kota Surabaya juga pernah dia kunjungi. Sebut saja Pantai Kenjeran dan Tugu Pahlawan. Namun, ada satu destinasi yang belum sempat dia kunjungi. ’’Saya ingin sekali ke Masjid Al Akbar,’’ ujarnya. Dia ingin melihat secara langsung masjid terbesar kedua di Indonesia tersebut.

Selain Surabaya, Jay sering berkunjung ke kota-kota lain. Rata-rata di Jawa Timur ( Jatim). Yang kali pertama dikunjungi ketika dia masih mengikuti pertukaran pelajar adalah Bali. ’’Seluruh kota di Bali saya datangi. Pinjam mobil, lalu keliling pulau selama seminggu,’’ kata mahasiswa ITS tersebut. Di Jatim, biasanya dia berkunjung ke wisata alam seperti Kawah Ijen dan Taman Nasional Baluran.

Yang paling berkesan buatnya adalah saat berkunjung ke Pantai Bangsring dan Sukamade di Banyuwangi. ’’Di Pantai Bangsring, kita bisa renang dengan hiu. Di Sukamade, banyak penyu. Saya juga buat vlog,’’ tutur Jay.

Bukan cuma yang indah-indah, Jay juga hobi menceritak­an kehidupan sehari-harinya sebagai mahasiswa asing di Surabaya. Selama tinggal di Kota Pahlawan, Jay selalu bepergian dengan motor matiknya. Suatu kali, ban motornya bocor. ’’Saya ceritakan ban motor saya bocor, terus bagaimana mencari tempat membetulka­n ban... apa namanya? Toko reparasi?’’ Dia berusaha mengingat-ingat. ’’Oh, iya. Tambal ban!’’ ujarnya, kemudian sambil menjentikk­an jari.

Jay semula ingin memperkena­lkan Indonesia kepada temanteman­nya di Korea Selatan. Saat pulang kampung, Jay biasanya mengajak teman-temannya ngevlog dan menanyakan pendapat mereka tentang Indonesia. Bukan cuma pengetahua­n umum seperti nama presiden dan ibu kota Indonesia. Jay juga pernah meminta teman- temannya mencoba jajanan ringan dari Indonesia. Mulai keripik kentang sampai cokelat. ’’Mereka suka. Malah minta lagi. Apalagi yang cassava (ubi) karena di sana kan tidak ada,’’ ucapnya.

Mayoritas video di akun YouTube Jay mengisahka­n kehidupan sehari-hari dan jalan-jalan ke tempat baru. Hal-hal yang ringan dan menyenangk­an. Namun, lulusan Fakultas Hukum Universita­s Dankook itu juga ingin membuat lebih banyak video yang berbobot. Serius tapi tetap santai. Misalnya soal politik. ’’Sebenarnya saya suka membahas politik karena saya kan lulusan hukum,’’ urai Jay.

Karena menaruh minat di dunia politik, Jay pernah bekerja di National Assembly of the Republic of Korea. Alias DPR-nya Korea Selatan. Lulus kuliah, Jay bekerja di sana sebagai staf sekretaria­t selama setahun. ’’Tugasnya, membuat hukum. Seminggu bisa dua produk hukum,’’ ujar Jay. Setelah itu, dia memutuskan untuk berhenti sementara dan belajar bahasa Indonesia di UPT Bahasa ITS.

Jay sempat agak sungkan saat mau bicara politik. ’’Bukannya politik itu sensitif ya di Indonesia?’’ tanyanya. Ternyata yang dia maksud adalah isu politik yang dicampur dengan agama. ’’Di Korea, kami tidak pernah mencampurk­an agama dengan politik. Saya agak kaget waktu lihat politik di Indonesia,’’ sambungnya.

Dia ingin suatu saat bisa membuat video dengan konten yang lebih berbobot dan memberikan pengaruh kepada banyak orang. ’’Istilahnya seperti influencer lah,’’ tutur penggemar acara komedi tersebut.

Namun, sebelumnya dia berniat menguasai bahasa Indonesia. Menurut Jay, kalau dirinya sudah lancar berbahasa Indonesia, pasti ada saja ide konten yang muncul. ’’Idenya akan lebih banyak,’’ kata Jay.

Meski nanti sudah selesai belajar bahasa di Indonesia, Jay bakal tetap membuat konten vlog. ’’Mungkin juga saya kembali ke National Assembly,’’ ujarnya. Namun, selama masih bersama kamera Sony miliknya, Jay tak akan berhenti nge-vlog dan menginspir­asi banyak orang. (*/c14/dos)

 ?? SEPTINDA AYU/JAWA POS ??
SEPTINDA AYU/JAWA POS
 ?? SEPTINDA AYU/JAWA POS ??
SEPTINDA AYU/JAWA POS
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia