Produksi Padi Pasti Turun
Dampak Pemangkasan Area Persawahan
SIDOARJO – Rencana pemangkasan lahan pangan pertanian berkelanjutan (LP2B) di wilayah Kota Delta dari yang semula 12 ribu hektare menjadi 7 ribu hektare akan berdampak pada jumlah produksi padi. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian di Sidoarjo sebenarnya cukup produktif.
Pada 2015, misalnya, total luasan panen di Sidoarjo mencapai 31.455 hektare dengan produktivitas padi 73,92 kuintal per hektare. Itu setara dengan produksi padi 232.516 ton gabah kering giling (GKG). Angka tersebut meningkat dari 2014 yang mencapai 202.439 ton. ”Kalau (lahan sawah, Red) dikurangi, pasokan pangan ikut berkurang. Petani juga kehilangan pekerjaan,” kata anggota Komisi C Bidang Infrastruktur DPRD Sidoarjo Juana Sari kemarin (21/11).
Mengingat dampaknya yang sangat besar, dia meminta proses peninjauan kembali (PK) Perda No 6/2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sidoarjo dilengkapi kajian yang komplet dan mendalam. Dampak penyempitan kawasan serapan air, lanjut dia, juga perlu dipikirkan. Tidak hanya menghasilkan padi dan ikan, lahan pertanian dan tambak itu selama ini berfungsi mengurangi potensi banjir.
Ketua DPC Partai Demokrat Sidoarjo tersebut menegaskan tidak mempermasalahkan perubahan RTRW. Syaratnya, program penanggulangan banjir berjalan optimal. ”Pembangunan dam, embung, dan normalisasi sungai harus berjalan lebih dulu,” tegasnya.
Bupati Sidoarjo Saiful Ilah menyatakan, perubahan RTRW merupakan keharusan. ”Ke depan, Sidoarjo menjadi daerah industri, jasa, dan permukiman,” ujarnya setelah melantik pengurus Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi) Sidoarjo di Pendapa Delta Wibawa kemarin.
Dia mencontohkan wilayah tambak di Sedati. Kawasan itu akan dialihfungsikan menjadi kawasan terminal baru Bandara Juanda. Yakni, Terminal 3 beserta kawasan airport city. Luasnya mencapai 2 ribu hektare. ”Nanti juga ada reklamasi,” jelasnya.
Untuk lahan sawah, ada lima kecamatan yang benar-benar akan disterilkan. Yaitu, Candi, Buduran, Sidoarjo, Taman, dan Krian. Menurut dia, pemilihan itu disesuaikan dengan arah pengembangan dan pembangunan Sidoarjo. Dia mencontohkan Taman dan Krian yang selama ini tumbuh sebagai kawasan industri dan jasa.
Mengenai investor yang bakal memanfaatkan ribuan lahan eks sawah tersebut, Saiful mengaku belum mengetahuinya. ”Memang, belum ada investor. Namun, sudah kami siapkan,” ucapnya. Dia berjanji, pengurangan lahan pertanian memperhatikan kondisi lingkungan dan warga. Pengurangan hanya menyentuh lahan yang dinilai tidak produktif. ”Yang produksinya masih tinggi kami pertahankan,” terangnya. (aph/c16/pri)