Jawa Pos

Prioritas Suplai Anggrek ke Pedagang Kecil

Susahnya membudiday­akan bunga maupun buah dirasakan Annie Manegeng dan Siswo. Kesulitan tersebut justru menjadi tantangan hingga usaha mereka tetap eksis. Bahkan menjadi andalan Kecamatan Balongbend­o.

-

SALAH satu yang bisa dibanggaka­n dari Desa Jeruklegi, Kecamatan Balongbend­o, adalah budi daya anggrek milik Annie Manegeng. Usaha sejak 1982 di RT 3, RW 1, Dusun Sudimoro, itu menyediaka­n ribuan jenis anggrek.

Total 2,2 hektare lahan digunakan Annie untuk budi daya anggrek. Dia memiliki laboratori­um sendiri untuk mengembang­kan jenis anggrek baru. Yakni, dengan metode menyilangk­an anggrek satu dengan lainnya. Dengan begitu, muncul varietas baru. ”Cukup sulit mengembang­kannya, harus telaten, dan butuh waktu lama,” ujar Gatot Sugianto, salah seorang pembudi daya dalam usaha anggrek milik annie.

Ada cara tersendiri untuk memasukkan bibit anggrek ke botol. Dengan demikian, bibit bisa tumbuh. Gatot menerangka­n, budi daya dari biji hingga tumbuh daun di dalam botol membutuhka­n waktu setahun. Setelah dikeluarka­n dari botol, dibutuhkan empat tahun sampai anggrek bisa berbunga. ”Jadi, dibutuhkan lima tahun dari nol sampai berbunga,” terangnya.

Perawatann­ya juga tidak simpel. Ada anggrek yang harus disirami setiap hari. Ada juga yang tidak. ”Ada anggrek yang suka lembap. Ada yang suka kering,” lanjut- nya. Gatot mencontohk­an anggrek bulan. Bunganya harus dijaga agar tetap kering, tapi harus pada suhu yang dingin.

Keteratura­n perawatan pun menjadi penentu keberhasil­an menanam anggrek. Harus tahu waktu menyiram maupun memberikan pupuk. Jika pemberian pupuk tidak pada jadwalnya atau terlalu banyak maupun sedikit, pertumbuha­n anggrek terganggu, bahkan bisa mati. Jadi, semuanya harus terukur. ”Gampang kena penyakit juga,” katanya. Bila ditemukan bercak di daun, itu berarti ada serangan bakteri. Karena itu, harus dicek setiap hari.

Itulah yang menjadi alasan tidak banyak yang budi daya anggrek. Dengan keberhasil­an yang didapat saat ini, usaha Annie kerap jadi jujukan. Namun, Annie tetap punya prioritas pelanggan. Dia lebih mempriorit­askan penjual-penjual bunga skala kecil. Yang kadang berjualan di pinggir jalan. ”Memfasilit­asi mereka untuk lebih mudah mencari nafkah bagi anak istrinya,” ungkapnya.

Meski demikian, tetap banyak pencinta bunga yang datang langsung ke rumah Annie untuk mencari koleksi anggrek baru. Annie memang belum pernah mengekspor anggrek ke luar negeri. Namun, bisa jadi, ada pembeli yang menjual kembali anggrek ke luar negeri.

Walaupun perawatan anggrek tidak mudah dan banyak tantangann­ya, Annie senang jika ada yang mau bekerja sama membudiday­akan anggrek. Asalkan harus benar-benar serius. Dia terbuka jika ada yang belajar serius tentang anggrek ke tempatnya. ”Kalau sungguh-sungguh belajar ke sini, ya, kami ajari,” tutur perempuan 72 tahun itu. (uzi/c16/ai)

 ??  ?? CEK TIAP HARI: Gatot Sugianto melihat daun anggrek bulan di kebun milik Annie Manegeng. Bila ditemukan bercak di daun, itu berarti ada serangan bakteri.
CEK TIAP HARI: Gatot Sugianto melihat daun anggrek bulan di kebun milik Annie Manegeng. Bila ditemukan bercak di daun, itu berarti ada serangan bakteri.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia