Keruk Sedimen di Dalam Gorong-Gorong
SURABAYA – Belum tuntasnya sejumlah proyek saluran membuat aliran air tidak lancar. Saat hujan lebat tiba, genangan sulit surut di sejumlah wilayah. Yang terparah terjadi di wilayah barat.
Ribuan kendaraan terjebak kemacetan di wilayah Tandes, Margomulyo, Tanjungsari, Darmo Indah Selatan, dan Balongsari Jumat (24/11). Penyebabnya, anggaran APBN untuk proyek
diversi Gunungsari wilayah Sememi–Kandangan berhenti mengucur.
Air tidak kunjung surut karena saluran sekunder tersebut belum tersambung hingga ke barat. Air yang meluber ke jalanan membuat arus kendaraan berhenti total. Selain dialirkan ke barat, air mengaliri sungai-sungai di utara. Sayangnya, sungai-sungai itu mengalami penyempitan dan pendangkalan
Air pun terjebak bersama ribuan kendaraan.
Warga Gendong, Benowo, Suseno mengeluhkan banjir di Jalan Sememi. Dia jadi salah satu korban yang terjebak banjir. Tinggi air mencapai 70 cm sebelum magrib. Jok motor pun tenggelam. Banyak pengendara yang harus mendorong motornya.
Kemarin parah. Biasanya 20 menit, ini sampai 3 jam baru sampai rumah,’’ ucap pria yang bekerja di Tanjung Perak tersebut.
Box culvert di Sememi itu juga penuh sedimen. Maklum, sejak dibangun pada 2009 sedimen belum dibersihkan. Penanganan sedimen di saluran tertutup memang lebih rumit. Pembersihan tidak bisa dilangsungkan dengan mudah. Sebab, alat berat sulit masuk.
Bentuk sampah yang masuk ke box culvert jumbo itu juga berbagai macam. Bahkan, Wali Kota Tri Rismaharini menjumpai gulungan karpet yang hanyut kemarin pagi. Karpet tersebut tersangkut di wilayah Sememi.
Di wilayah perempatan Balongsari, box culvert juga masih belum tuntas. Karena itu, banjir juga menggenangi wilayah tersebut. Karena lokasi proyek ada di tengah perempatan, kendaraan harus berhati-hati agar tidak nyungsep ke lubang itu.
Sementara itu, kemarin Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Surabaya Erna Purnawati terjun langsung saat pembersihan saluran frontage road sisi barat.
Satu unit ekskavator dioperasikan untuk mengeruk sedimen dan sampah-sampah yang bercampur lumpur. Lima dump truck diturunkan untuk mengangkut sampah-sampah itu.
Erna menuturkan, selain masalah sampah, salah satu penyebab banjir di kawasan frontage road adalah belum tuntasnya proyek di dekat bundaran Dolog. Saluran air belum bisa berfungsi sempurna. Tak pelak, aliran air juga terhambat.
Airnya tidak bisa mengalir. Mentok sampai Dolog,’’ ujar alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut.
Karena itu, proyek yang baru dikerjakan selama empat hari tersebut terus dikebut. Jika sisa pembangunan frontage tuntas, saluran air bisa lancar. Pekerjaannya sudah dikebut kontraktor,’’ kata Erna. (sal/gal/ayu/c15/git)