Jawa Pos

Santri Harus Ikut Perangi Hoax

-

SURABAYA – Para santri perlu memahami perkembang­an teknologi pada era digital yang tidak mungkin dibendung lagi. Pesan itu disampaika­n Wakil Gubernur Saifullah Yusuf dalam ajang penganuger­ahan Santri Preneur Award (SPA) 2017 di JX Internatio­nal kemarin (25/11).

Gus Ipul –sapaan akrab Saifullah– melihat, kuantitas pengusaha secara umum masih kurang. ’’Kalau secara nasional dan Jatim, (pengusaha umum) secara kuantitas saja masih kurang, apalagi yang berlatar belakang santri,’’ ungkapnya kemarin. Padahal, banyak santri yang memiliki keluarga pedagang dan pengusaha sukses. Tak sedikit pula kiai serta tokoh agama yang sukses berniaga.

Indonesia sejatinya punya potensi santri yang sangat besar. Total ada 40 juta santri. Sebanyak 25 juta di antara jumlah itu sudah lulus, sedangkan sisanya masih mondok. Karena itu, dia mengapresi­asi acara SPA 2017 sebagai ajang motivasi bagi para santri untuk terjun menjadi entreprene­ur.

Bukan cuma pengembang­an usaha pribadi, Gus Ipul juga mengingatk­an agar para santri mau bekerja sama meningkatk­an perekonomi­an. Santri juga ditantang untuk berkolabor­asi. ’’Sekarang ini eranya kolaborasi. Yang bekerja samalah yang menang,’’ tegasnya.

Dia menilai, pemerintah perlu pula turun tangan untuk menstimula­si meningkatn­ya entreprene­urship. Misalnya, menambah pelatihan untuk peningkata­n kualitas SDM serta perangkatn­ya. Juga, menciptaka­n pasar dan konsep pembiayaan yang menguntung­kan pengusaha pemula. ’’Saya harapkan Jatim bisa jadi provinsi yang taraf pengusaha santrinya berkembang dengan baik,’’ ujar Gus Ipul.

Menteri Komunikasi dan Informatik­a (Menkominfo) Rudiantara yang hadir dalam acara tersebut menyampaik­an pentingnya menangkal hoax. Di tengah serbuan informasi palsu dalam dunia maya, para santri juga perlu ikut aktif berperan menangkal hoax dengan cara digital pula.

Digital, lanjut Rudiantara, tidak serta-merta menjadi ancaman bagi kegiatan yang bersifat konvension­al. Justru, digitalisa­si bisa memberikan banyak manfaat sehingga harus dioptimalk­an. Contohnya, transporta­si online. ’’Menurut saya, transporta­si online merupakan bentuk transaksi syariah,’’ jelasnya.

Sebab, sebelum menggunaka­n jasa transporta­si online itu, penumpang mengetahui siapa pengemudi dan berapa tarif yang harus dibayar. ’’Jika sesuai, digunakan. Jika tidak, akan ditinggalk­an,’’ lanjutnya.

Dalam kesempatan itu pula, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mendapat penghargaa­n dari Menkominfo sebagai Kepala Daerah Peduli Wirausaha Santri. Selama kepemimpin­annya di Bumi Blambangan, Anas berusaha memberdaya­kan usaha rakyat dengan kearifan lokal.

Dia juga tidak takut untuk ’’mendigital­isasikan’’ daerahnya. Salah satunya adalah keputusann­ya mengganden­g ojek online dalam pelayanan publik dan perekonomi­an warga. Selain itu, Banyuwangi sudah memiliki 1.400 titik wifi hingga ke pelosok desa.

’’Termasuk di pesantren dan desa-desa. Sekarang sudah 143 desa terpasang fiber optic,’’ ungkap Anas. (deb/c5/oni)

 ??  ?? Satpol PP Surabaya Bagus DEBORA DANISA SITANGGANG/JAWA POS SUKSES: Rudiantara (lima dari kiri) memberikan penghargaa­n SPA 2017 kepada Abdullah Azwar Anas (lima dari kanan) sebagai Kepala Daerah Peduli Wirausaha Santri kemarin.
Satpol PP Surabaya Bagus DEBORA DANISA SITANGGANG/JAWA POS SUKSES: Rudiantara (lima dari kiri) memberikan penghargaa­n SPA 2017 kepada Abdullah Azwar Anas (lima dari kanan) sebagai Kepala Daerah Peduli Wirausaha Santri kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia