Bejo Permudah Siswa Pahami Aksara Jawa
Bulan ini merupakan salah satu momen istimewa bagi Imawati, Lilik Masrukhah, dan Harum Kawaludin. Pada bulan yang sama dengan perayaan Hari Guru Nasional (HGN) se-Jatim yang terpusat di Gelora Delta Sidoarjo hari ini (26/11), mereka menjadi pemenang karya
SISWA kelas IVA International Class Program (ICP) SD Al Falah Darussalam antusias mengikuti pelajaran muatan lokal bahasa Jawa yang diberikan Imawati. Ketika sang guru menuliskan aksara Jawa di papan, banyak murid yang mengacungkan tangan. Mereka ingin dipilih sang guru untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Ada empat pertanyaan yang disodorkan. Imawati lantas menunjuk empat murid yang dinilai paling antusias mengacungkan tangan. Mereka diminta maju untuk menuliskan arti dari aksara Jawa itu. Semua pertanyaan dijawab dengan benar. ’’ Excellent,’’ kata Imawati sembari mengacungkan jempol.
Latar belakang Imawati adalah guru bahasa Inggris. Dia merupakan alumnus jurusan bahasa Inggris STKIP PGRI Sidoarjo. Setelah aktif mengajar di SD yang berlokasi di Tropodo tersebut, dia didapuk menjadi pengajar muatan lokal bahasa Jawa. Perempuan 30 tahun itu dinilai memiliki kemampuan mengajar bahasa Jawa yang baik. ’’Saya memang suka budaya Jawa dan punya latar belakang keluarga Jawa,’’ jelasnya.
Sebelum bekerja di SD Al Falah Darussalam, Imawati mengajar privat. Menurut dia, menjadi pengajar adalah panggilan hati. Dia pun melakukannya dengan sepenuh hati. Wali kelas IV tersebut berharap anak didiknya memiliki prestasi, terutama dalam bahasa Jawa. Karena itu, dia menciptakan metode Belajar Aksara Jawa (Bejo). Dengan metode tersebut, siswa diharapkan bisa mempelajari aksara Jawa dengan mudah. ’’Sebelumnya, siswa-siswa sulit belajar bahasa Jawa,’’ katanya.
Menurut dia, urutan aksara Jawa yang beredar saat ini menyulitkan banyak orang untuk menghafalnya. Imawati pun mengubah rentetan aksara Jawa itu berdasar bentuk-bentuk yang mirip. ’’Tidak diurut ha, na, ca, ra, ka, dan seterusnya, tapi sesuai aksara yang punya bentuk mirip,’’ ucap istri Mawan Sutrisno tersebut.
Ide untuk mengurutkan ulang aksara Jawa itu berasal dari huruf hijaiah. Rentetan huruf hijaiah runtut dan mudah diingat. Imawati kemudian mereplikasi gagasan tersebut. Dia juga menggunakan lagu atau nada untuk memudahkan siswa dalam menghafal aksara Jawa. Hasilnya pun memuaskan. Setiap ujian, rata-rata siswa mendapat nilai lebih dari 80. Artinya, metode itu berjalan optimal.
Keefektifan media Bejo makin teruji ketika anak-anak makin gemar menulis dalam bahasa Jawa. Kini, mereka tak sekadar mengerjakan soal dan pekerjaan rumah. Beberapa siswa bahkan menulis cerita dengan menggunakan bahasa dan aksara Jawa. ’’ Nggak disuruh, tapi beberapa anak sudah bisa mengarang cerita dan menulisnya pakai aksara Jawa. Saya kaget,’’ tuturnya.
Mengetahui bahwa metodenya cukup berhasil, Imawati berencana melakukan pengembangan. Saat ini, dia merancang buku panduan agar metode tersebut dapat diaplikasikan kepada siswa di seluruh Indonesia.
Metode Bejo membuat dewan juri penulisan karya ilmiah Gerakan Budaya Literasi (GBL) 2017 terpukau. Tiga juri sepakat memilih Imawati sebagai juara I dalam lomba itu. (jos/c18/ai)