Lancar Bercerita dengan Tangga Cerita
JUARA ketiga ajang lomba karya tulis dalam Gerakan Budaya Literasi (GBL) disandang Harum Kawaludin. Itu diraih berkat karya tulisnya berjudul Penggunaan Media Tangga Cerita untuk Menumbuhkan Minat Baca dan Pandai Bercerita dalam Pembentukan Karakter Siswa. ’’Inovasi ini sudah teruji dan ampuh,’’ katanya.
Rabu lalu (22/11) Jawa Pos berkunjung ke SDN Sawocangkring, tempat Harum mengajar. Saat itu, dia mengambil tangga cerita. Sebuah papan susun berbahan aluminium berisi kertas bergambar yang dapat dibongkar pasang. Harum lantas menata kertas-kertas tersebut sesuai urutan dan mulai bercerita. Kisah Malin Kundang dia tuturkan kepada anak-anak. Sejak awal hingga akhir cerita, tak ada murid yang terlihat bosan mendengarnya.
Pada akhir pelajaran, Harum menunjuk sejumlah siswa untuk menceritakan ulang kisah yang sudah dia ceritakan. Salah satunya Carla Dwi Aprilia. Bocah 8 tahun itu begitu fasih menceritakan kembali kisah Malin Kundang. Tak ada satu pun kisah yang terlewat. ’’Akhirnya Malin Kundang dikutuk menjadi batu karena durhaka kepada ibunya,’’ ucap Carla di akhir cerita disertai tepuk tangan kawan-kawannya.
Tangga cerita merupakan inovasi Harum. Alumnus Universitas Airlangga itu mengungkapkan bahwa tangga cerita didesain untuk merangsang minat siswa bercerita. Untuk bisa bercerita, siswa harus sering membaca. ’’Tangga cerita ini mempermudah siswa untuk bercerita,’’ ujarnya.
Selain tangga cerita, Harum membuat inovasi lainnya. Yakni, metode magic mirror untuk anak disleksia. Metode tersebut juga berhasil membuat anak disleksia bisa menulis dengan baik dan benar. Caranya sederhana. Anak-anak diminta menulis dalam sebuah papan hitam yang dilengkapi cermin di sisinya. Dengan adanya cermin, anak-anak mengerti kesalahan mereka dalam menulis. Metode tersebut telah di- upload di YouTube dan mendapat atensi dari banyak kalangan karena dinilai berhasil.
Ayah dua anak itu juga mendapatkan kesempatan mengikuti professional teacher learning di Universitas Melbourne, Australia, tahun lalu. Program tersebut merupakan bentuk kerja sama Indonesia dengan Australia di bidang pendidikan. Harum terpilih di antara 26 guru berprestasi lain dari seluruh daerah.
Pengalaman selama menimba ilmu di Australia begitu sayang dilewatkan. Karena itu, dia pun menulis buku tentang intisari dari program tersebut. ’’’Sekarang masih proses penyelesaian,’’ tutur pria 50 tahun tersebut. ( jos/c17/ai)