Kehabisan Stok Insektisida
Desa Diminta Pengadaan Fogging secara Mandiri
GRESIK – Memasuki musim hujan penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjadi momok di Kota Wali. Beberapa orang dinyatakan positif menderita penyakit yang dibawa nyamuk Aedes aegypti itu. Penanganan pun harus segera dilakukan.
Salah satu yang terserang DBD adalah Delila Cindy. Bocah 10 tahun itu harus menjalani rawat inap selama empat hari di RS Petrokimia. Kondisinya kritis. Dia terserang DBD stadium tiga. Daniel Bustami, ayah Cindy, menyatakan sudah melaporkan kejadian tersebut ke kelurahan. Lelaki 33 tahun itu meminta wilayah di sekitar rumahnya di- fogging. ’’Sudah diteruskan ke dinas kesehatan (dinkes),’’ ujar warga Jalan Pahlawan tersebut.
Hingga kemarin (25/11), belum ada petugas yang turun untuk melakukan pengasapan. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes dr Mukhibatul Khusnah menyatakan, stok insektisida untuk fogging habis sejak Mei lalu. Jumlahnya memang sangat terbatas ( lihat grafis).
Khusnah menambahkan, anggaran untuk fogging juga terbatas. Dalam setahun, dana untuk kegiatan pemberantasan nyamuk hanya Rp 900 juta. ’’Memang ada efisiensi anggaran,’’ katanya.
Selain itu, stok insektisida tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Pada 2016 masih ada bantuan 175 liter dari Dinkes Jatim. Kemudian, Dinkes Gresik menga- dakan 1.000 liter insektisida. ’’ Tahun ini dikurangi,’’ ungkapnya.
Bagaimana solusinya? Khusnah menuturkan, pihaknya sudah meminta bantuan pihak desa untuk melakukan pengadaan insektisida secara mandiri. Selain itu, dinkes tetap melakukan penyuluhan dan survei lapangan.
Langkah tersebut dilaksanakan agar persebaran nyamuk bisa terlacak. Tindakan selanjutnya adalah abatisasi untuk memberantas sarang nyamuk di rumah-rumah penduduk.
Kepala Dinkes Gresik dr Nurul Dholam menambahkan, fogging bukan satu-satunya solusi penanganan kasus DBD. Yang paling penting adalah pencegahan. ’’Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) harus lebih digalakkan,’’ tuturnya. (adi/c15/dio)