”Ngantor” pun Kian Fleksibel
Tak Lagi Terpaku Ruang dan Waktu
– Gaya hidup dan pola kerja yang dinamis membuat seseorang tak lagi menghabiskan waktu di balik bilik kantor seharian. Cara bekerja kekinian, terutama untuk para start-up muda pada zaman digital, lebih fleksibel. Salah satu yang jadi sasaran adalah kafe dan tempat-tempat ngopi cantik dengan fasilitas seperti colokan listrik serta wifi. Lambat laun, cara tersebut tampaknya masih kurang efektif. Mereka bergeser ke kantor virtual atau virtual office seperti co-working space.
Kantor virtual adalah alternatif tempat bekerja dengan segala fasilitas untuk memenuhi kriteria tuntutan pekerjaan masa kini. Alternatif itu cocok bagi para pekerja yang bingung dengan kendala ruang kerja yang nyaman di luar rumah.
Dengan begitu, para start-up tak perlu memiliki bangunan fisik untuk dijadikan kantor. Cara tersebut dianggap lebih menarik dan efisien bagi pengusaha muda dalam mengembangkan bisnis. Gaya bekerja seperti itu banyak diincar orang dengan tipe pekerjaan yang lebih banyak menggunakan sarana media sosial.
”Di Indonesia, tren ini lebih dulu dilakukan anak muda di Jakarta, kemudian Bandung, barulah Surabaya,” ucap Sub Co Operation Staff M. Rizky Akbar. Sejak dibangun pada 2015, Intiland Development membuat tiga kantor virtual di dua lokasi dengan desain yang kekinian. Mayoritas member yang bergabung memiliki bisnis di bidang digital serta industri kreatif seperti desainer dan freelancer.
Menurut Rizky, cara bekerja generasi sekarang mengalami perubahan dengan tidak mengekang karyawannya untuk diam di kantor. Karyawan bertanggung jawab dengan pekerjaannya tanpa harus terus diawasi dari dalam ruangan yang sama. Faktor lainnya, saat ini anak muda banyak memilih pekerjaan sesuai dengan hobi. Jadi, mereka tidak terkekang dengan pola waktu kantoran.
Co-working space dibuat dengan konsep yang menggabungkan rumah, kantor, dan kafe. Tempat tersebut didesain untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan. Tentu, lokasi strategis ditunjang desain bangunan yang modern. Manfaatkan Co-Working Space,
IFI Surabaya Gaet Anak Muda Memanfaatkan co-working space, Institut Francais Indonesia (IFI West) membuka cabang baru. Tujuannya, mendekatkan diri kepada orang-orang yang tinggal di Surabaya Barat. IFI menempati Sub Co 2.0 pada Desember.
Acara open house tersebut sekaligus memperkenalkan Direktur IFI Surabaya yang baru Benoît Bavouset (baca: Benoa Bavuse). Bavouset menggantikan Veronique Mathelin yang sudah memegang jabatan selama tiga tahun.
Baru seminggu tinggal di Kota Pahlawan, masyarakat dan cuaca menjadi kejutan selamat datang bagi Bavouset. ”Sensasi luar biasa yang saya rasakan saat menginjakkan kaki di Surabaya. Hawa panas sekaligus dingin jadi satu,” ujar Bavouset dalam bahasa Prancis yang diterjemahkan Pramenda Krishna, penanggung jawab budaya dan komunikasi IFI Surabaya.
Selain cuaca, hal pertama yang dia kagumi adalah keramahan dan kebaikan hati orang Indonesia. Menurut pria kelahiran Argenton-sur-Creuse, Prancis Tengah, tersebut, sambutan hangat mahasiswa dan orang-orang yang belajar bahasa di IFI membuatnya senang.
Sebelum dipindahtugaskan ke Surabaya, Bavouset merupakan direktur Institut Francais Cluj-Napoca di Rumania periode 2013–2017. Selama masa itu, dia merancang dan memimpin proyek yang mencakup program untuk mempromosikan seniman muda Prancis. Juga, pengakuan bahasa Prancis sebagai salah satu bahasa resmi Cluj.
Karena itu, Bavouset sangat mendukung kegiatan, terutama yang berkaitan dengan komunitas anak muda kreatif. Hal tersebut menjadi salah satu program yang dikembangkan di Surabaya.
Yang tak kalah penting adalah membantu mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan studi di Prancis. ”Kami ingin mendekat ke lingkungan anak muda kreatif. Kami juga ingin menciptakan komunitas kreatif,” ungkap pria kelahiran 1970 itu. Bavouset akan menjalankan tugasnya dan tinggal di Surabaya selama maksimal empat tahun.
Acara open house kemarin (25/11) digelar dengan berbagai kegiatan. Mulai
free trial class, presentasi pengetahuan umum tentang Prancis, hingga games. Para pengunjung bisa mencicipi salah satu makanan rumahan ala Prancis,
crêpes (baca: krep). (esa/c16/nda)