PELAYANAN TERINTEGRASI DIDUKUNG FASILITAS CANGGIH
Dunia medis Indonesia terus berbenah. Kali ini, pencerahan datang dari Adi Husada Cancer Center (AHCC). Setelah sukses di empat negara lainnya, fasilitas cancer center tersebut hadir di Surabaya. AHCC menawarkan pelayanan bertaraf internasional bagi pasie
PUSAT kanker di bawah naungan Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya tersebut resmi dibuka kemarin (25/11). Grand
opening itu ditandai dengan penyusunan puzzle oleh Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Kohar Hari Santoso, Direktur Utama RS Adi Husada Undaan Wetan Yenny Wangsanegara, Ketua Perkumpulan Adi Husada Edy Listiyo, dan Chief Executive Officer at TE Asia Healthcare Partners Eng Aik Meng. Grand opening tersebut juga bertepatan dengan perayaan 90 tahun RS Adi Husada Undaan Wetan.
AHCC merupakan fasilitas cancer center yang digawangi oleh TE Asia Healthcare. Indonesia adalah negara keempat yang dibangun fasilitas tersebut setelah Hongkong, Vietnam, dan Filipina. AHCC menjadi layanan kanker terintegrasi swasta pertama yang didirikan di Surabaya yang dilengkapi dengan layanan radioterapi dan kemoterapi.
Adanya AHCC mendulang apresiasi dari Kohar Hari. Menurutnya, tahun ini tercatat 30 persen masyarakat Indonesia mengeluh sakit. Sebanyak 58 persen menuju fasilitas layanan kesehatan, sisanya memilih ditangani dengan obat-obatan yang dibeli sendiri. ’’ Nah, angka 58 persen tersebut harus ditingkatkan dengan dibangunnya fasilitas kesehatan yang lebih baik, seperti AHCC ini,’’ imbuhnya.
Presentase itu didominasi oleh penyakit tidak menular sebesar 57 persen. Di antaranya, hipertensi, diaebetes, stroke, jantung, kelainan jiwa, dan kanker. Menurut Kohar, angka penderita kanker merangkak naik tiap tahun dan tak sebanding dengan fasilitas kesehatan yang ada.
Pernyataan Kohar itu diamini oleh Eng Aik Meng. Dari total 250 juta penduduk di Indonesia, hanya 29 rumah sakit yang mempunyai fasilitas radioterapi. Akibatnya, antrean pasien cukup panjang untuk sekadar mendapatkan penanganan lanjutan. ’’Keterbatasan tersebut membuat pasien kanker harus menunggu hingga empat bulan untuk mendapatkan penanganan berupa radioterapi atau kemoterapi,’’ ujarnya.
Masalah tersebut tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di seluruh Asia Tenggara. Hal tersebut, menurut Eng Aik Meng, semakin mendorong TE Asia Healthcare untuk melebarkan sayap ke beberapa negara. Eng Aik Meng juga memastikan pihaknya bakal terus meng- upgrade fasilitas dan peralatan di AHCC untuk memaksimalkan pelayanan. ’’Bahkan, Oktober lalu, dokter dari sini diterbangkan ke Hongkong demi memperluas pengetahuan terkait kanker,’’ ujarnya. Eng Aik Meng juga menegaskan bahwa AHCC merupakan
cancer center dengan pelayanan setaraf internasional. Perjalanan panjang RS Adi Husada tak lepas dari dukungan Perkumpulan Adi Husada (perkumpulan pegawai dan pensiunan pegawai RS Adi Husada). Menurut Edy, adanya AHCC membawa angin segar bagi dunia medis. Berbagai perlengkapan siap menangani pasien dengan maksimal, mulai kemoterapi, bedah, radioterapi, hingga MRI. Bahkan, tahun depan bakal meluncurkan alat terbaru, yakni PET scan. ’’Di Indonesia Timur, rumah sakit swasta yang punya
PET scan cuma satu dan itu AHCC ini,’’ ungkapnya. Kabar baik yang dibawa Edy dalam pidatonya tak hanya itu. Tahun depan, RS Adi Husada akan menerima pasien BPJS seperti anjuran pemerintah. Hal ini demi memudahkan pasien dalam pembiayaan. ’’Lagipula, dari dulu satu yang kita genggam saat kedatangan pasien, yakni layani saja. Perihal administrasi urus belakangan. Bahkan, Perkumpulan Adi Husada siap jadi penyokong bagi mereka yang kekurangan dana,’’ tambahnya.
Selain mengobati, AHCC menunjukkan kepedulian pada masyarakat lewat edukasi dalam rangka pencegahan kanker. Hal tersebut dilakukan lewat talkshow atau seminar rutin kepada masyarakat baik dari korporasi atau komunitas yang dilakukan dua minggu sekali di AHCC. Materi diberikan oleh dokter-dokter spesialis dari AHCC.