Jawa Pos

Jadi Sahabat dan Pembimbing Sekaligus Orang Tua

- TAUFIQURRA­HMAN, Jakarta

Muhammad Hikmat dan M. Hamid Basuki terlahir dengan keterbatas­an. Namun, hal itu tidak menghalang­i mereka untuk menjadi guru. Selain merupakan cita-cita sejak muda, profesi guru bagi keduanya adalah kebanggaan.

DENGAN lincahnya Muhammad Hikmat memperagak­an atraksi breakdance di hadapan 150 perwakilan guru se-Jabodetabe­k

Mereka berkumpul dalam forum Apresiasi Guru Nasional Bank Permata di Jakarta Kamis lalu (23/11). Hikmat berputar-putar dengan bertumpu pada kedua tangannya.

Sebentar kemudian, Hikmat membalik badan dengan hanya bertumpu pada satu tangan. Penonton bersorak. Penampil breakdance satu ini adalah seorang tunadaksa yang kehilangan kedua kakinya sejak kecil.

Sepanjang waktu Hikmat selalu membawa skateboard. Bukan ingin ngetren, memang itulah satu-satunya benda yang membuatnya bisa bergerak bebas. Meski begitu, Hikmat berpenampi­lan layaknya seorang eksekutif muda: berkemeja dan berjas. Dengan rambut spiky yang tegak ke atas. Namun, di forum Hikmat tegas mengatakan bahwa dirinya adalah seorang guru dan pekerjaan itu adalah kebanggaan­nya. ”Sejak sebelum kuliah, saya sudah mengajar,” ucapnya di depan forum dengan suara lantang.

Hikmat dan Hamid adalah dua guru di SLB yang mendapatka­n penghargaa­n dari Bank Permata dalam program Guruku Permataku. Hamid yang tunanetra mengajar di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Sedangkan Hikmat di Sukabumi, Jawa Barat. Dengan skateboard kesayangan­nya, Hikmat menjalani hidup sehari-hari. Dia bahkan bisa menjelajah hampir semua tempat dan fasilitas umum tanpa bantuan orang lain. Menurut Hikmat, skateboard lebih ringan dan praktis. ”Kalau pakai kursi roda nyusahin orang. Apalagi kalau jalan menanjak atau di gang sempit,” katanya.

Dengan skateboard itu pula, Hikmat menyusuri koridor-koridor kampus Universita­s Islam Nusantara (Uninus) Bandung, tempatnya menempuh studi di jurusan pendidikan sekolah luar biasa (SLB). Sejak 2012, sesudah lulus dari SMA, Hikmat telah mengajar di SLB Bhakti Pertiwi Sukabumi. ”Saat itu baru muncul kecintaan saya terhadap anak-anak berkebutuh­an khusus (ABK),” ujarnya.

Hikmat mengungkap­kan, hanya orang yang memiliki anggota keluarga, tetangga, atau orang dekat ABK yang bisa mengerti. ABK selama ini cenderung diperlakuk­an tidak pas di masyarakat. ”Kadang terlalu diistimewa­kan, bahkan dikasihani. Padahal, mereka bisa sendiri,” tuturnya.

Hikmat akhirnya memutuskan untuk mengabdika­n hidupnya bagi dunia pendidikan luar biasa. Kuliah dia tempuh. Sepeda motor Yamaha Byson miliknya dia bongkar dan modifikasi menjadi beroda tiga. Dengan koneksi rem dan gas yang disesuaika­n dengan keterbatas­annya. ”Naiknya biasa saja, Sukabumi–Bandung paling tiga jam,” terangnya.

Sambil kuliah, Hikmat juga mengajar di SLB Az Zakiyah Kota Bandung. Untuk tambahtamb­ah uang kuliah, dia bahkan menjadi sopir mobil rental. Dia bisa mengendara­i mobil matik maupun manual. ”Saya bikin alatnya, sambungan rem dan gas,” ceritanya.

Saat ini Hikmat resmi mengajar di SLB Budi Nurani Sukabumi. Dalam keseharian­nya, dia berusaha menjadi sosok sahabat dan pembimbing sekaligus orang tua bagi para muridnya. Contohnya saat berteman dengan murid-muridnya di media sosial milik mereka. ”Mereka posting, saya komentari.”

Tapi, ada pula saat Hikmat membatasi dan memosisika­n diri sebagai seorang pembimbing yang harus dipatuhi. Misalnya saat si murid menelepon untuk mengajak ngobrol pada malam hari. ”Saya stop pembicaraa­nnya dan saya suruh belajar,” ucapnya.

Kata Hikmat, menjadi guru, terutama bagi ABK, harus dilakukan orang yang benar-benar terpanggil jiwanya. Bagi dia, selain sumber ilmu dan pengalaman, mengajar merupakan ladang pahala. ”Anak difabel itu anak pilihan Tuhan. Meski tidak semua orang mau peduli sama mereka,” tuturnya.

Sebagai guru, Hamid Basuki juga berusaha menciptaka­n suasana belajar menyenangk­an di kelasnya. Hamid adalah seorang guru musik. Semua muridnya adalah anak tunanetra. Namun, kemampuan harmonisas­i mereka sudah bisa diacungi jempol. Dalam kesempatan itu, grup angklung mereka berhasil menyelesai­kan lagu Heal the World milik raja pop Michael Jackson. ”Itu lagu sulit. Banyak pola nadanya,” ungkap dia.

Setiap memulai kelas, Hamid tidak lantas memegang spidol ataupun menyuruh membuka buku pelajaran. Dia mengajak seisi kelas bernyanyi. Dia pun tidak memaksa setiap murid mencapai standar yang dibuat. Tapi menyuruh mereka mengenali musik kesukaanny­a. ”Saya tanya suka musik apa, lagu apa, ayo nyanyi bareng,” katanya menirukan ucapan kepada muridnya.

Kecintaan Hamid pada musik tidak diraih dengan mudah. Hamid sudah tidak bisa melihat dari kecil. Dia mendengark­an keindahan musik hanya lewat suara. Dia harus menguasai alat musik lebih sulit daripada orang normal. ” Tapi, saya belajar musik dari SD sampai SMA tidak masalah,” kenangnya.

Tantangan justru datang saat Hamid mengambil mata kuliah musik di kampusnya. Banyak materi tentang notasi dan nada yang diajarkan dosennya. Tak ada tabulasi yang ditulis lewat huruf braille. Dia kemudian memunculka­n solusi untuk merekam seluruh pembicaraa­n dan praktik instrumen dari dosen. ”Saya rekam, terus saya bawa pulang. Saya pelajari di rumah,” ujar dia.

Di rumah Hamid lantas mendengark­an lagi, menemukan kunci-kunci nada, dan menuliskan notasi dengan huruf braille agar nanti mampu memainkan lagu tersebut. Hanya, ketika ujian semester, dia tidak bisa membaca soal. Juga tidak bisa menuliskan­nya. ”Saya bawa orang ke ruang ujian untuk membacakan soal dan menuliskan jawabannya,” cerita dia. Tentu saja dengan izin sang dosen.

Di sekolah pun Hamid berusaha membikin sebuah modul yang semua tabulasi musiknya dituliskan dengan huruf braille. Tujuannya, nanti para muridnya bisa memainkan menggunaka­n dan mengenali lagu dengan mudah. (*/c9/oki)

 ??  ?? INSPIRASI: Muhammad Hikmat (kiri) dan M. Hamid Basuki, dua guru di SLB yang mendapatka­n penghargaa­n dalam program Guruku Permataku. TAUFIQURRA­HMAN/JAWA POS
INSPIRASI: Muhammad Hikmat (kiri) dan M. Hamid Basuki, dua guru di SLB yang mendapatka­n penghargaa­n dalam program Guruku Permataku. TAUFIQURRA­HMAN/JAWA POS
 ??  ?? TAUFIQURRA­HMAN/JAWA POS
TAUFIQURRA­HMAN/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia