Jawa Pos

Motor pun Terpaksa Ditinggal di Tepi Sungai

-

TEGAL – Makmuri harus melewati jalan berlumpur, menerjang dua sungai besar, hingga menerabas hutan. Yah, salah seorang guru di SD yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah itu harus menempuh jarak 45 kilometer dari rumahnya di Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah, Tegal, untuk menuju tempatnya mengabdi di SD Wotgalih 3, Kecamatan Jatinegara, Tegal.

Kendati dari rumah menggunaka­n sepeda motor, Makmuri tidak bisa langsung sampai di sekolah. Sebab, kondisi jalan terputus oleh aliran sungai besar. Alhasil, motor kesayangan­nya itu terpaksa ditinggal di tepi sungai. Perjalanan ke sekolah pun dilanjutka­n dengan berjalan kaki dan menyeberan­gi Sungai Rambut.

Sepatunya yang sudah disemir dari rumah harus dilepas. Setelah menyeberan­g sungai, dia berjalan melewati hutan sejauh sekitar 2 kilometer. Tentu saja, jalannya tidak semulus di Kota Slawi. Dia harus berhati-hati karena bisa terpeleset dan jatuh di jalan yang berlumpur. Lolos dari rintangan itu, Makmuri harus menyeberan­gi kali lagi, yakni Sungai Lohgeni.

’’Kalau arus sungai meluap, sering kali saya harus menunggu berjam-jam hingga air surut. Tapi, kalau tidak surut juga, ya saya pulang,’’ tutur pria 52 tahun itu.

Jumlah siswa di sekolah yang dipimpinny­a tersebut hanya 34 anak. Jumlah gurunya 10 orang. ’’Semoga pemerintah membangun jembatan dan memperbaik­i infrastruk­tur jalan untuk menuju sekolah kami.’’ (yerry/fat/c7/ami)

 ??  ?? YERRY NOVEL/RADAR SLAWI/JPG PERJUANGAN: Guru dan siswa SD Wotgalih 3, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, menyeberan­gi sungai menuju sekolah.
YERRY NOVEL/RADAR SLAWI/JPG PERJUANGAN: Guru dan siswa SD Wotgalih 3, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, menyeberan­gi sungai menuju sekolah.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia