Sepuluh Pengunjung Tertimpa Beringin
Saat Berwisata di Pemandian Sumber Tuwiri
MOJOKERTO – Minggu (26/11) sekitar 08.30, rupanya, menjadi hari nahas bagi keluarga Samsul Wahid, 38. Betapa tidak. Niat hati mengisi hari libur bersama keluarga, namun berujung petaka. Dia bersama istri dan dua anaknya harus dirawat di rumah sakit karena menjadi korban patahnya cabang pohon beringin di kolam Pemandian Sumber Tuwiri, Dusun Panjer, Desa Tunggalpager, Kecamatan Pungging, Mojokerto.
Warga asal Dusun Ngimbangan, Desa Nambangan, Kecamatan Mojosari, itu mengatakan bahwa dirinya bersama keluarga mengisi waktu libur dengan jalan-jalan. Setelah berkunjung ke Ruang Terbuka Hijau (RTH) Stadion Gadjah Mada Mojosari, dia ber- geser ke Sumber Tuwiri. ’’Anakanak kan senang kalau diajak ke sana (Sumber Tuwiri, Red). Sebab, banyak anak yang mandi di kolam,’’ terangnya.
Namun, tidak berlangsung lama, terdengar suara patahan dari pohon beringin yang tepat berada di selatan kolam pemandian. Menurut dia, saat itu puluhan orang berada di bawah pohon tersebut. Sedangkan di kolam juga ada be- berapa anak yang mandi.
Tiba-tiba salah satu dahan pohon beringin berdiameter kurang lebih 1 meter dan panjang 20 meter patah dan jatuh. Sontak, pengunjung berlarian untuk menyelamatkan diri. Namun, nahas bagi Samsul. Dia tertimpa dahan yang jatuh dengan posisi membujur ke utara itu. Dia terluka robek di bagian bibir. ’’Semua orang panik. Saya langsung mencari anak dan istri saya,’’ paparnya.
Saa itu, istri Samsul, Suryani, 32; anak pertama, Tiara Eka Sastri, 14; dan anak keduanya, Zazkia Khairani, 3; juga tidak berhasil menyelamatkan diri. Keempatnya dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof dr Soekandar Mojosari untuk mendapatkan perawatan.
Saat bersamaan, enam orang pengunjung juga diketahui menjadi korban. (ram/abi/c4/end)
– Musim hujan belum mencapai puncaknya. Meski begitu, banjir di Pasuruan sudah beberapa kali terjadi. Dalam sepekan, banjir tiga kali melanda wilayah Kraton, Kabupaten Pasuruan, serta Gadingrejo, Kota Pasuruan. Banjir terakhir adalah Sabtu malam (25/11). Banjir tidak hanya merendam ribuan rumah warga, tetapi juga memutus akses jalur pantura hingga 6 jam.
Sabtu malam, banjir terjadi di empat kecamatan di Kabupaten Pasuruan dan satu kecamatan di Kota Pasuruan. Namun, yang terparah di lima desa di Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, dan tiga RW di Dusun Karangasem, Kelurahan Karangketug, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan.
Ratusan kepala keluarga (KK) terdampak banjir. Perinciannya, 700 KK di Desa Tambakrejo, 200 KK di Desa Plinggisan, 75 KK di Desa Klampisrejo, 80 KK di Desa Sidogiri, 90 KK di Desa Dompo, serta 200 KK di RW 2, 3, dan 4 di Karangasem, Kota Pasuruan.
Begitu halnya di Kelurahan Karangketug. Ratusan rumah tergenang air sejak pukul 19.45. Corong-corong masjid sudah mengeluarkan imbauan kepada warga untuk mengamankan diri. Warga seakan paham dengan tradisi tersebut. Secepatnya mereka mengamankan barangbarang di dalam rumah.
Banjir di Kraton dan Gadingrejo terjadi akibat meluapnya Sungai Welang. Sebab, hujan deras mulai mengguyur wilayah Pasuruan dan membuat air naik dengan cepat. Sekitar pukul 22.00, ketinggian air mencapai 30 sentimeter. Akibatnya, sejumlah warga mulai melakukan evakuasi ke pinggir jalan raya.
Sejak pukul 23.00, ketinggian air mencapai 60 sentimeter sehingga jalur Surabaya–Banyuwangi ditutup. Akibatnya, kendaraan dari arah Surabaya atau menuju Surabaya diarahkan melalui jalur alternatif. Arus lalu lintas kembali normal sekitar pukul 05.00.
Kendaraan yang hendak menuju Surabaya dialihkan melalui Warungdowo, lurus ke Wonorejo dan menuju Purwosari. Kemudian, belok kanan di pertigaan Purwosari dan melintasi Sukorejo, lurus ke Gempol hingga Surabaya. Sedangkan kendaraan dari arah Surabaya menuju Banyuwangi dialihkan lewat jalur barat. Yakni, melintasi Gempol lurus ke Sukorejo kemudian Purwosari dan setiba di pertigaan Purwosari belok kiri melintasi Wonorejo, lalu belok kanan di perempatan Ke bonagung.
”Jalur mulai ditutup pukul 23.00 karena ketinggian air sangat membahayakan. Kendaraan yang melintas dari dan menuju Surabaya terpaksa dialihkan lewat jalur selatan. Jalur pantura kami buka sekitar pukul 05.00 Minggu pagi (kemarin),” jelas Kapolsek Kraton AKP Masroni.
Sementara itu, di lingkungan Karangasem, Kelurahan Karangketug, ketinggian air mencapai 1,2 meter. Sejumlah warga mengeluhkan banjir yang sudah tiga kali dalam November ini. Padahal, pada Kamis (23/11) rumah warga terendam air. Bahkan, sisa endapan lumpur belum benar-benar bersih.
Salah seorang warga di Karangasem yang merasakan kesusahan akibat banjir adalah Mulyono. Dia menyebutkan, banjir tahun ini sama parahnya dengan tahun lalu. Dia khawatir banjir tahun ini lebih parah ketimbang tahun lalu. Sebab, saat ini masih awal musim hujan dan belum mencapai puncaknya seperti awal tahun.
”Dalam seminggu ini, banjir sudah terjadi tiga kali. Yakni, Selasa (21/11), Kamis (23/11), dan terakhir Sabtu (25/11). Padahal, beberapa waktu lalu instansi terkait melakukan normalisasi di Sungai Welang,” katanya dengan nada kesal.
Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pasuruan Yanuar Afriansyah mengungkapkan, banjir Sabtu lalu disebabkan intensitas hujan yang tinggi. Sungai Welang tidak kuat menampung debit air sehingga mengakibatkan banjir.
”Banjir ini bukan hanya tentang warga terdampak. Tetapi juga persoalan dari hulu ke hilir. Sebab, banjir ini kiriman dari wilayah selatan seperti Lawang dan Purwosari,” ungkap Yanuar.
Sementara itu, di Gempol, ada ratusan rumah warga yang terendam air. Tepatnya di Desa/Kecamatan Gempol. Banjir tersebar di sejumlah dusun di Wonoayu, Tanjung, Kisik, Gempol, dan Gempol Joyo. ”Banjirnya awet, sudah seharian masih saja tetap tinggi,” terang Aang, 43, salah seorang warga di Dusun Wonoayu yang rumahnya terendam air. ( riz/zal/fun/c21/end)