MBS Bahas Teror Mesir di Riyadh
Hingga Kini ISIS Belum Buka Suara
KAIRO – Masa berkabung nasional Mesir pasca serangan maut di Masjid Al-Rawda, Kota Bir al-Abed, Provinsi Sinai Utara, berakhir hari ini (27/11). Jumlah korban tewas akibat ledakan bom dan aksi penembakan itu menjadi 305 orang. Jumat malam militer Mesir membalas serangan tersebut dengan menggempur sarang militan yang berada di Semenanjung Sinai. Saksi menyebut pelaku teror membawa bendera ISIS saat beraksi.
Kemarin (26/11) Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) mengecam teror di Sinai. ’’(Serangan) Itu merupakan peristiwa yang sangat menyakitkan dan membuat kita semua berkontemplasi dalam kerangka internasional tentang terorisme dan ekstremisme,’’ katanya saat berpidato dalam pembukaan pertemuan tingkat tinggi Islamic Military Counter Terrorism Coalition di Kota Riyadh, Saudi.
Pertemuan tingkat tinggi tentang gerakan antiteror negara muslim itu baru pertama diselenggarakan. Delegasi dari 40 negara muslim yang dipimpin menteri pertahanan masing-masing hadir dalam pertemuan yang, kabarnya, terinspirasi kemenangan Iraq dan Syria atas ISIS tahun ini. Sayangnya, Saudi tidak mengundang Iraq, Syria, maupun Iran.
’’Pertemuan ini akan menjadi sinyal kuat bagi masyarakat internasional bahwa kita (negara-negara muslim) akan bersatu padu memerangi terorisme dan ekstremisme yang menjadi ancaman terbesar agama kita,’’ papar MBS. Pangeran 32 tahun itu mengajak para petinggi negara-negara muslim di seluruh dunia untuk memerangi siapa pun yang membuat Islam tercemar. Terutama para teroris dan ekstremis.
Sementara itu, di Mesir, Presiden AbdelFattah El Sisi menegaskan bahwa pemerintah tidak akan membiarkan para pelaku serangan mematikan itu melenggang begitu saja. ’’Kami akan mengerahkan segala kekuatan untuk membalas serangan tersebut,’’ tandas pemimpin 63 tahun itu.
Hanya beberapa jam setelah teror bom terjadi, militer melancarkan serangan ke sejumlah lokasi yang diyakini menjadi sarang militan. Kemarin (26/7) militer Mesir mengklaim bahwa aksi mereka berhasil menewaskan para pelaku serangan maut di masjid yang identik dengan kaum sufi tersebut. Kendati demikian, aksi antiteror masih berlanjut. Pemerintah terus berusaha mengungkap kelompok radikal mana yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Juga mencari tahu motif di balik serangan tersebut.
Indikasi bahwa ISIS berada di balik serangan Jumat menguat saat sejumlah saksi mata mengaku melihat panji-panji militan radikal tersebut diusung oleh pelaku. ’’Pelaku berjumlah 25–30 orang. Beberapa di antara mereka mengenakan penutup wajah. Mereka yang tidak memakai penutup wajah memperlihatkan berewok dan janggut panjang. Salah seorang di antara mereka membawa bendera ISIS,’’ kata Nabil Sadeq, jaksa pemerintah.
Sesuai keterangan para saksi mata, Sadeq menambahkan bahwa para pelaku mengenakan seragam khas ISIS. Yakni, celana doreng ala militer dan kaus berwarna hitam. ’’Mereka meneriakkan Allahu Akbar sesaat sebelum melepaskan tembakan ke arah jamaah,’’ lapor Ebid Salem Mansour. Jumat itu dia merupakan salah satu seorang jamaah di masjid tersebut. Tetapi, dia beruntung karena bisa kabur sebelum ditembak.
Mansour mengatakan bahwa para pelaku yang dengan percaya diri memamerkan senjata api saat memasuki masjid itu sangat terlatih. ’’Mereka memeriksa para korban yang berjatuhan di lantai setelah ditembaki. Mereka ingin memastikan semua korban tewas. Jika masih ada tanda-tanda kehidupan atau korban bernapas, mereka langsung menembak kepalanya atau dadanya dari jarak dekat,’’ ungkapnya.
Hingga kemarin, ISIS belum buka suara. Biasanya, kelompok radikal yang baru saja kalah di Iraq dan Syria itu selalu dengan bangga mengklaim serangan mematikan yang berbau teror. Tahun lalu ISIS mengklaim menembak pesawat komersial Rusia yang sedang melintas di langit Sinai. Akibatnya, 224 orang tewas. (AP/Reuters/ BBC/hep/c4/any)