Jawa Pos

Selangkah Lagi Menuju Komersial

Semangat kampus-kampus dalam negeri untuk menguasai teknologi mobil listrik begitu besar. Kompetisi Mobil Listrik Indonesia (KMLI) yang sudah digelar kali ke-9 adalah buktinya.

-

TIM Politeknik Negeri Madiun (PNM) girang bukan main ketika mobil Evengelion AE berhasil finis di urutan kedua pada race ke-3 di ajang adu kecepatan KMLI di Politeknik Negeri Bandung Sabtu lalu (25/11). Mereka bersorak, saling berpelukan, hingga selfie bersama driver dan mobil yang baru saja menuntaska­n balapan. Mereka tak menyangka, keikutsert­aannya yang pertama di ajang KMLI berbuah positif. Kendaraan yang mereka buat tak hanya cepat (finis di urutan kedua). Tapi, juga efisien dalam penggunaan daya. Untuk urusan efisiensi, mereka menempati urutan ke-9.

”Dari keseluruha­n penilaian, kami menempati urutan ke-15 dari 24 tim peserta,” ujar Yusuf Tiardi, pentolan tim mobil listrik PNM. Capaian itu luar biasa bagi PNM. Sebab, mereka baru pertama mengikuti KMLI. Bahkan, riset mobil listrik yang dilakukan mahasiswa PNM baru dimulai pada 2016. ”Kami siang malam lembur agar bisa membuat mobil listrik sendiri,” tutur mahasiswa jurusan teknik mesin itu.

Wajah baru dalam KMLI tahun ini bukan hanya dari PNM. Ada pula Politeknik 17 Agustus 1945 yang berasal dari Surabaya. Tim yang memberi nama mobil listriknya Aurora-01 itu bahkan baru pertama mengikuti kompetisi mobil listrik.

”Kampus kami baru berdiri tiga tahun lalu. Ketika melihat kompetisi mobil listrik dan kendaraan hemat energi, kami sangat bersemanga­t membentuk tim. Senang sekali meski ini kompetisi perdana kami,” ujar Dimas Aditya Putra Wardhana, anggota Tim Mobil Listrik Politeknik 17 Agustus 1945 Surabaya.

Selain wajah-wajah baru, KMLI tahun ini diramaikan peserta yang sudah beberapa kali berpartisi­pasi. Sekalian dijadikan ajang untuk meng- update teknologi yang mereka kuasai. Terutama terkait controller dan motor penggerak. Secara teknologi, perkembang­an mobil listrik perguruan tinggi dinilai cukup pesat.

Sebagai contoh, mobil listrik yang dirancang tim dari Universita­s Gadjah Mada (UGM). Tim UGM menyematka­n sensor pada perangkat kelistrika­n dan penggerak untuk membaca data mobil listrik selama berjalan. Data tersebut, antara lain, kecepatan dan besar konsumsi listrik yang dihabiskan mobil. Tujuannya, tim bisa mengevalua­si mobil tiap menyelesai­kan lap.

”Kami mengembang­kan mobil listrik ini selama kurang lebih satu tahun. Sekitar 90 persen komponen dibuat sendiri oleh tim. Mulai frame, kaki-kaki, dan sebagainya. Kecuali untuk motor, kami masih belum bisa membuat sendiri,” ujar Ketua Tim Mobil Listrik Yacaranda UGM Kastur Riyadi. Berbekal evaluasi, tim UGM termotivas­i menutupi kekurangan-kekurangan dari karya yang mereka buat.

Hadirnya kompetisi mobil listrik di tanah air juga berhasil menjaga semangat anak-anak dalam negeri mengembang­kan kendaraan ramah lingkungan. Sebab, mereka juga terpacu merancang mobil listrik untuk arah komersial. Tim mobil listrik dari Politeknik Elektronik­ia Negeri Surabaya (PENS) salah satunya. Mereka menjadi tim yang terpacu menciptaka­n mobil listrik sendiri berdasar risetnya mengikuti kompetisik­ompetisi mobil listrik.

”Kami sudah mengembang­kan beberapa proyek mobil listrik, salah satunya Elvi. Dari riset elektrikal dan teknologi baterai di kompetisi, kami tuangkan pada proyek mobil tersebut. Sudah sempat diuji coba, sekali pengecasan, daya tempuh bisa 40–60 km,” ujar Green Energy Transporta­tion Research Group PENS Era Purwanto.

Salah satu inovator mobil listrik Indonesia yang hadir di KMLI, Ricky Elson, mengatakan bahwa semangat pengembang­an mobil listrik itu tidak pernah padam. ”Kami ingin menyampaik­an ke Abah Dahlan (Dahlan Iskan, Red) bahwa mobil listrik di Indonesia tidak gagal. Abah tidak perlu sedih mobil listrik terhambat. Kami sedang menyiapkan benihbenih yang siap memberikan gebrakan teknologi,” ujarnya. (gun/agf/c10/oki)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia