Juara All England Bukan Impian
Greysia/Apriyani Jadi Andalan Menuju Asian Games 2018
HONGKONG – Harapan Indonesia membawa pulang dua gelar juara dari Hongkong Open Superseries 2017 tak kesampaian. Hanya ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo yang sukses meraih juara. Sementara itu, ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu hanya berstatus runner-up.
Kekecewaan pantas ditunjukkan setelah Greysia/Apriyani mengalami kekalahan
rubber game dari Chen Qingchen/Jia Yifan 21-14, 16-21, 15-21. Namun, harus diingat, mereka datang sebagai pasangan non unggulan di Hongkong. Mereka juga merontokkan para unggulan dalam perjalanan ke final.
Kegagalan pada final kemarin menjadi kekalahan perdana pasangan seniorjunior itu di partai final. Dua gelar dari tiga final adalah bukti bahwa mereka layak menjadi tumpuan ganda putri Indonesia. ’’Sudah selayaknya mereka main di level tertinggi dan bersaing dengan ganda putri papan atas dunia,’’ terang pelatih ganda putri pelatnas Eng Hian via sambungan telepon kepada
Jawa Pos tadi malam. Berdasar evaluasi Eng Hian, penyebab utama kegagalan pada final kemarin adalah masalah kebugaran. Greysia/ Apriyani harus menjalani laga berat sejak babak kedua. Tiga laga, yaitu babak kedua, perempat final, dan semifinal, berakhir dengan rubber game. Imbasnya terlihat jelas pada game kedua kemarin. ’’ Pukulan Apriyani kurang mantap,’’ sebutnya.
Namun, pencapaian ganda putri peringkat ke-17 BWF itu sudah memenuhi ekspektasi tim pelatih pelatnas. Bahkan, secara spesifik Eng Hian menyatakan, Asian Games menjadi target utama timnya. Mengulang prestasi yang sama seperti edisi 2014 Incheon. Kala itu Greysia/ Nitya Krishinda Maheswari mendulang medali emas bagi Indonesia.
Nah, sebelum itu, masih ada All England yang diakui Eng Hian menjadi target terdekat untuk Greysia/Apriyani. ’’Untuk tahun depan (2018, Red) targetnya bisa ambil All England dan target utama adalah Asian Games,’’ bebernya.
Meskipun demikian, Eng Hian juga sangat berharap kepada ganda putri Indonesia lainnya untuk berperan serta. Dia punya rencana besar dengan sejumlah pemain. Salah satunya menemukan pelapis Greysia/Apriyani menuju Asian Games.
’’Banyak pelajaran yang saya ambil dari pertandingan final ini. Terutama game kedua dan ketiga. Dari awal Apri yang terus diincar, jadi Apri sudah kena duluan dan nggak yakin sama pukulan Apri sendiri,’’ papar Apriyani dalam surat elektronik PP PBSI.
Terpisah, Kabidbinpres PP PBSI Susy Susanti sependapat dengan Eng Hian. Menurut dia, pekerjaan rumah PBSI mencarikan partner bagi Greysia sudah terpenuhi. Walaupun terpaut usia 11 tahun, keduanya mampu membuktikan bahwa kerja sama senior-junior terjalin rapi. ’’Secara keseluruhan, sektor ini mulai menunjukkan progres peningkatan prestasi yang cukup signifikan,’’ urai Susy.
Sejak setahun terakhir, Eng Hian terus mencari formulasi terbaik untuk timnya. Itu dilakukan setelah Nitya naik meja operasi Desember 2016 lantaran cedera kaki. Dampaknya, Eng Hian harus mencari partner baru buat Greysia. Setelah dicoba dengan sejumlah pemain, sosok Apriyani yang baru berusia 19 tahun pas menjadi partner baru buat Greysia. (nap/c19/ady)