Ayo Cegah Wabah DBD
Anggaran untuk Fogging Terbatas karena Dikepras
GRESIK – Penderita demam berdarah te terus bertambah. Selain pasien anak b bernama Delila Cindy, seorang remaja bernama Syahril Sidiq ambruk dan harus dirawat di RS Petrokimia. Pemuda 19 tahun itu masih diopname.
”Awal opname (rawat inap), trombositnya hanya 87,” kata Siti Jumainnah, ibunda Sidiq, di ruang rawat inap RS Petrokimia pada Sabtu (25/11).
Siti menceritakan, gejala awal sakit Sidiq hanya panas biasa. Keluarga membawanya ke Puskesmas AlunAlun. ”Sudah diberi obat, demamnya turun, tapi lalu panas lagi,” ucapnya.
Menurut Siti, Sidiq memang sedang kelelahan. Banyak aktivitas kampus yang diikuti. Bahkan, mahasiswa semester III Universitas Muhammadiyah Gresik itu sempat pingsan dan muntah. Akhirnya, Sidiq dilarikan ke RS Petrokimia agar cepat ditolong. ”Baru diketahui kalau menderita DBD dari hasil lab,” ungkapnya.
Mengapa kena DBD? Siti mengakui, lingkungan sekitar rumahnya tergolong lembap. Banyak genangan air ketika musim hujan seperti ini. Selain itu, banyak pohon rimbun. ”Jadi, banyak nyamuk di luar rumah,” jelas warga Jalan Kapten Darmo Sugondo tersebut.
Siti berharap segera ada pengasapan ( fogging) di kampungnya. Sudah lama tidak ada fogging. Yakni, lebih dari tiga tahun sejak fogging terakhir dilakukan. ”Semoga setelah ada kasus, bisa segera di- fogging,” katanya.
Namun, harapan Siti bakal bertepuk sebelah tangan. Sebab, anggaran insektisida untuk fogging dikepras pada 2018. Kepala Bidang Pen cegahan dan Pengen dalian Pe nyakit Dinkes dr Mukhibatul Khusnah menyatakan, anggaran 2018 memang sangat terbatas.
Pengadaan insektisida untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) hanya sekitar Rp 650 juta. Padahal, pada 2017 nilainya mencapai Rp 900 juta. Itu pun tidak cukup. ”Semoga tahun depan ada bantuan insektisida dari (Dinkes, Red) Provinsi Jatim,” ujarnya kemarin (26/11).
Dengan kondisi itu, tutur Khusnah, yang paling penting adalah langkah pencegahan. Salah satunya, melalui program si cantik cerdas (siap mencari jentik cegah demam berdarah sekarang). Meski anggaran cekak, tindakan preventif dan promotif tetap berjalan. Program tersebut sudah disosialisasikan melalui 32 puskesmas di Gresik. Setiap puskesmas melatih kader jumantik di setiap rumah.
Selain itu, masyarakat diminta melakukan gerakan 3M plus. Antara lain, menaburkan bubuk larvasida di penampungan air yang sulit dibersihkan. ”Menggunakan obat antinyamuk juga sangat disarankan,” ungkapnya.
Mantan Kepala Puskesmas Sukomulyo tersebut menjelaskan, nyamuk tidak bisa diberantas. Sebab, spesiesnya akan terus berkembang biak. Berkali-kali dibasmi, nyamuk akan tetap muncul.
Kepala Dinkes Gresik dr Nurul Dholam menuturkan bahwa DBD termasuk salah satu penyakit yang rawan mewabah. Laporan kejadian dilakukan setiap hari. ”Terus dipantau perkembangannya,” katanya.
Menurut Nurul, fogging merupakan penanganan akhir. Itu tidak bisa menjadi solusi atas penanganan kasus DBD di Gresik. Yang lebih penting, mengoptimalkan tindakan pencegahan. ”Jadi, jangan tunggu fogging,” ujarnya. ( adi/c20/roz)