Jawa Pos

Perempuan Pencuri yang Sempat Viral Tertangkap

-

SURABAYA – Isti Rahayu menangis tersedu-sedu saat dikeler polisi dari sel tahanan Mapolresta­bes Surabaya. Dua tangannya yang masih diikat cable tie ditutupkan ke wajah. Dia meronta meminta maaf dan memilih bungkam saat diberondon­g pertanyaan oleh petugas dalam rilis kemarin (27/11).

Kasatreskr­im Polrestabe­s Surabaya AKBP Leonard Sinambela tidak ambil pusing dengan sikap tersangka. Dia tetap memaksa perempuan 47 tahun tersebut untuk buka mulut

’’Dulu waktu nyolong biasa aja, sekarang ditangkap kok nangis,’’ ucap polisi yang akrab disapa Leo itu.

Tangis Isti semakin menjadi-jadi. Bahu petugas jadi sasarannya. Perasaan malu, sedih, dan takut menyelimut­inya. Tangannya tampak gemetar. Namun, Leo tahu bahwa tangisan pelaku cuma air mata buaya. Cuma tipu-tipu.

Ternyata, Isti bukan ibu-ibu sembaranga­n. Dia adalah seorang residivis asal Jakarta. Perempuan asal Krikilan, Gresik, tersebut baru saja keluar dari bui pada 2016. Dia dijebloska­n ke tahanan karena mencuri sejumlah barang saat pemiliknya lengah. Isti merupakan pelaku curat spesialis spot berpengunj­ung. Antara lain, kafe, warung, dan mal.

Rekaman CCTV ( closed circuit television) yang jadi barang bukti saat dia beraksi di Surabaya sempat viral. Isti adalah pelaku pencurian di Coffee Toffe Jalan Gubernur Suryo dan di Bakso Pratama di Jalan Dukuh Kupang dua bulan terakhir. Bahkan, kepada polisi, dia mengaku pernah mencuri di sebuah restoran di Jalan Bali, Gubeng, akhir 2016.

Dia berhasil membawa kabur sejumlah tas yang berisi kartu kredit, handphone, dompet, dan sejumlah barang lainnya. Setelah beraksi, dia buru-buru meninggalk­an Surabaya. Pelaku melarikan diri ke Jawa Tengah.

Polisi berhasil menangkapn­ya saat hendak beraksi lagi di Surabaya. Isti dicokok petugas di dalam gerbong KA Sancaka di Stasiun Madiun. Setelah diinteroga­si, dia ternyata baru pulang setelah beraksi di Mirota Batik Malioboro, Jogjakarta. Petugas langsung membawanya ke Surabaya. Sementara itu, tim lain dikirim untuk mencari bukti di Jogjakarta.

Gelagat pura-pura menangis pun dipamerkan di hadapan penyidik. Sejurus kemudian, polisi berhasil memperoleh keterangan dari tersangka. ’’Ya kita rayu biar ngomong,’’ ujar Kanitresmo­b Satreskrim Polrestabe­s Surabaya Iptu Bimasakti.

Isti mengaku langsung menjual barang yang dicuri agar tidak terlacak petugas. Setelah itu, uangnya digunakan untuk membeli barang lain lagi. Bahkan, dia sempat menguras habis kartu kredit salah seorang korbannya. Dia membeli dua kalung emas seberat 31 gram senilai Rp 13,7 juta. ’’ Tapi, dia jual lagi emas itu ke toko lain biar nggak terlacak transaksin­ya,’’ jelas Leo.

Pelaku diketahui membeli perhiasan tersebut dari sebuah toko emas di kawasan Kapas Krampung. Sehari kemudian, dia pergi ke Sidoarjo. Dua kalung tersebut lantas dijual di sebuah toko emas di kawasan Krian. ’’Dia jual rugi, sekitar Rp 12,3 juta,’’ kata polisi dengan dua melati di pundak itu.

Petugas lantas mencocokka­n sejumlah keterangan pelaku dengan rekaman CCTV. Polisi sempat membawanya pulang ke Krikilan, Gresik, untuk mendapatka­n kelengkapa­n alat bukti. Mulai barang curian hingga sejumlah pakaian yang dikenakan pelaku saat beraksi. ’’Semuanya lengkap, tas dan kerudung yang sama pun kami dapatkan,’’ papar Leo.

Mantan Wakasatres­narkoba Polrestabe­s Surabaya itu pun lantas mengimbau warga metropolis untuk selalu waspada. Sebab, berdasar temuan polisi dalam anev pada Januari–Oktober lalu, kebanyakan para pelaku me ngam bil barang korban dengan mudah. ’’Lebih banyak kelengahan dan kesempatan yang tercipta. Makanya, hati-hati kalau di tempat umum,’’ jelas Leo. (mir/c15/ano)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia