Main Petak Umpet, Ajak Anak-Anak Kembali Ceria
Di tengah kesibukan mengurusi rumah tangga, bahkan pekerjaan, mereka masih sempat berbakti pada misi kemanusiaan. Rutin terjun ke lokasi bencana. Melakukan trauma healing sampai ikut memasak di dapur umum.
LYANDRE Nur Rohman Jianto merengek-rengek kepada ibunya, Hidayatus Sholekhah, di ruang penampungan pengungsi MI Darussalam. Lokasinya di sebelah Balai Desa Tambakrejo. Rengekan bocah 3 tahun itu bukan karena luka di kepalanya. Tetapi, meminta diperbolehkan ikut mewarnai buku bergambar seperti yang dilakukan belasan bocah lain.
Setelah Sholekhah memberi pensil warna, Lyandre langsung anteng. Dia pun mulai mewarnai. Selain dibantu sang ibu, bocah tersebut didampingi para relawan dari Sekardadu Tanggap Bencana. Ada tiga anggotanya yang datang ke lokasi penampungan pengungsi kemarin (27/11). Mereka adalah Siti Aminah Thuz Zahro, 51; Yenny Chosnul, 42; dan Ribut Erawati, 47. Ketiganya mengenakan rompi oranye.
Sekardadu Tanggap Bencana adalah kelompok sukarelawan yang aktif memberikan trauma healing (penyembuhan trauma) kepada warga terdampak bencana. Anggotanya adalah para ibu. ”Untung, ada mereka. Anak-anak jadi sedikit terhibur,” kata Sholekhah.
Saat puting beliung mengamuk, Sholekhah dan keluarganya sedang beristirahat. Saat kejadian yang berlangsung begitu cepat tersebut, perempuan 37 tahun itu bersama buah hatinya tertimpa asbes atap rumah. ”Sedikit-sedikit masih takut, ingat kejadian itu,” tuturnya.
Selain mengajari anak-anak mewarnai, para relawan Sekardadu mengajak anak-anak bermain di luar ruangan. Salah satunya petak umpet. ”Ini bagian dari proses
ujar Siti, ketua Sekardadu Tanggap Bencana.
Dia menceritakan, Sekardadu Tanggap Bencana baru terbentuk awal 2017. Anggotanya kini 14 orang dari beragam latar belakang dan profesi. Siti sendiri sehari-hari adalah seorang wirausahawan. Selain mengurus keluarga, Saban hari dia menjajakan barang dagangan di toko miliknya. Sementara itu, Erawati dan Yenny adalah ibu rumah tangga merangkap kader kesehatan di desa masing-masing.
Semuanya adalah warga Sidoarjo. Mereka dinaungi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sidoarjo. ”Dibimbing, dibina, juga diberi pelatihan,” lanjut Siti.
Meski begitu, sebagian anggota Sekardadu Tanggap Bencana sebenarnya aktif membantu korban bencana sejak 2012. Mulai terjun ke lokasi bencana sampai menyalurkan bantuan. Peran positif mereka menyebar dari mulut ke mulut. Semakin banyak pihak yang mengetahuinya. Termasuk BPBD yang akhirnya menggandeng kelompok tersebut.
Nama Sekardadu terinspirasi dari Putri Ayu Dewi Sekardadu, putri Raja Blambangan, yang terjun ke laut untuk menyelamatkan putranya. Makam Dewi Sekardadu terletak di Dusun Kepetingan, Desa Sawohan, Buduran.
Sejak puting beliung menerpa tiga desa di Waru, relawan Sekardadu Tanggap Bencana bergiliran stand by di lapangan. Program utamanya adalah memberikan trauma healing. Selain anak-anak, sasaran mereka adalah remaja dan ibu-ibu. Kelompok tersebut, jelas Siti, rentan mengalami trauma. Selain memberikan trauma healing, mereka kerap membantu di dapur umum. Bahkan, membantu memperbaiki rumah rusak.
Lantas, apa motivasi relawan Sekardadu dalam melakukan misi kemanusiaan? ” Bosen di rumah terus. Selesai melayani suami dan ngurus anak, sering bingung mau apa lagi,” jawab Erawati dengan nada bercanda. Dia mengaku senang melihat warga yang semula sedih menjadi ceria. Karena itu, Erawati tidak merasa letih meski harus pergi pulang Tarik–Waru demi menjalankan tugas sebagai relawan. ”Sudah panggilan jiwa,” tutur warga Kramat Temenggungan, Tarik, itu. (*/c6/pri)