Jawa Pos

Belasan Dokter Spesialis RS Sulbar Mundur Bareng

Pelayanan Lumpuh, Pasien Mengeluh

-

MAMUJU – Pasien Rumah Sakit (RS) Regional Sulbar gigit jari. Mereka pulang tanpa mendapatka­n pelayanan kesehatan kemarin (8/12).

Sebanyak 14 dokter spe sialis me ngun durkan di ri seba gai apa rat ur si pil ne ga ra ( ASN) dan ti ga dokter spe sial is lainnya me mu tus kan kontrak. Keti dak har mo nisan hu bungan de ngan di rektur RS men jadi alas an ke- 17 dokter spe sialis me milih hengkang.

Semua pintu poli klinik yang berjumlah 14 ruangan dalam kondisi terkunci. Hanya keluarga pasien dan perawat yang lalu-lalang. Kejadian tersebut merupakan kali kedua pelayanan kesehatan di RS Regional Sulbar terbengkal­ai. Sebelumnya, 6 Oktober, para dokter spesialis mogok kerja.

Namun, pada Jumat, ketidaknya­manan ke-17 dokter spesialis mencapai titik kulminasi. Mereka melayangka­n surat pengundura­n diri kepada Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar.

Dampaknya sangat besar bagi pasien. Keluhan demi keluhan muncul. Misalnya, Maryam yang datang ke rumah sakit sejak pagi. Rencana, dia hendak memeriksak­an kandungan yang telah memasuki usia enam bulan. Namun, dia harus pulang dengan rasa kecewa kerena tidak dapat melakukan pemeriksaa­n.

Maryam mengaku tidak tahu harus ke mana lagi memeriksak­an kandungan. Kepesertaa­n Badan Penyelengg­ara Jaminan Sosial (BPJS) Maryam terdaftar di RS Regional Sulbar.

”Kalau ada masalah di internal, jangan mengorbank­an kami para pasien. Massa lain yang bertikai, kami yang dapat imbasnya,” tandas Maryam kepada Fajar ( Jawa Pos Group) di lobi RS Regional Sulbar.

Keluhan serupa diutarakan pasien lainnya, Arisman Saputra. Kakinya yang patah akibat kecela- kaan lalu lintas beberapa hari lalu akhirnya tidak ditangani. ”Ada apa ini, kok tidak ada dokter. Jangan telantarka­n kami. Hari ini jadwal saya checkup kaki, tetapi tidak ada dokter,” keluhnya.

Ketua Komite Medik RS Regional Sulbar dr Harpandi Rahim yang hendak dikonfirma­si terkait dengan pengundura­n diri para dokter spesialis tidak dapat ditemui. Pintu rumahnya tertutup rapat. Dia juga tidak merespons sambungan telepon.

Berdasar informasi yang diperoleh, ke-17 dokter spesialis yang bertanda tangan dalam surat pernyataan mosi tidak percaya dan ingin mengundurk­an diri telah meninggalk­an Sulbar.

Salah seorang dokter spesialis yang mengajukan pengundura­n, Sitti Saenab, dapat dikonfirma­si melalui sambungan telepon seluler. Dia mengakui pengajuan pengundura­n diri seperti yang tertuang dalam surat yang berbeda adalah benar.

Semua pihak dokter yang bertanda tangan telah sepakat. ”Itu bentuk kekecewaan kami. Jika mau lebih jelas, hubungi dr Harpandi Rahim,” katanya. (edward/ harifuddin/c25/ami)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia