Jawa Pos

Satu Warga Meninggal Keracunan

Usai Santap Makanan dari Acara Hajatan

-

PONOROGO – Keracunan makanan di Dusun Puhcacing, Desa Kori, Kecamatan Sawoo, Ponorogo, memakan korban. Eni Ermawati, 28, harus kehilangan nyawa. Dia mengalami keracunan setelah mengonsums­i makanan yang disajikan saat acara hajatan yang digelar salah seorang warga dusun setempat.

’’Tetapi, kami belum bisa memastikan apakah benar penyebabny­a dari makanan itu atau bukan,’’ kata Kapolsek Sawoo AKP Gunawan.

Dia menjelaska­n, pada Rabu siang (6/12), belasan warga Dusun Puhcacing mengeluh mual dan muntah terus-menerus. Sakit itu mereka rasakan sehari semalam, hingga Kamis (7/12) belum membaik. Sebagian di antara mereka dibawa ke Puskesmas Bondrang, Sawoo. Sebagian yang lain hanya periksa ke dokter. ’’Karena puskesmas kewalahan, akhirnya mereka dirujuk ke rumah sakit,’’ tambah Gunawan.

Kamis lalu 13 orang dirujuk ke RSU Muhammadiy­ah, Ponorogo, untuk mendapat perawatan lebih lanjut. Salah seorang di antara mereka, Eni Ermawati, meninggal dunia di rumah sakit. Korban lain yang kondisinya sudah membaik diizinkan pulang (rawat jalan). Hingga kemarin, masih ada korban yang dirawat. ’’Sembilan orang masih dirawat di rumah sakit,’’ terangnya.

Informasi yang dikumpulka­n polisi menyebutka­n, peristiwa itu bermula saat salah seorang warga setempat, Moh. Asim, menggelar acara hajatan setahun usia anaknya, Hafis, pada Selasa (5/12) sekitar pukul 19.30. Dia mengadakan acara sederhana dengan mengundang tetangga dekat untuk doa bersama.

Sebenarnya dia mengundang 15 orang. Tetapi, malam itu yang hadir hanya sembilan orang. Setelah acara, tuan rumah menyediaka­n hidangan makanan dan ada juga yang dibawa pulang. ’’Di antaranya, nasi, sayuran urap, daging ayam, telur, mi, tahu, dan roti,’’ ungkap Gunawan.

Tuan rumah juga menyediaka­n hidangan yang sudah dibungkus untuk undangan yang tidak bisa hadir. Keesokan harinya beberapa warga mengeluh sakit perut dan mual, pusing, serta muntah terus-menerus hingga sehari kemudian.

Namun, lanjut Gunawan, tuan rumah dan saudaranya yang ikut makan hidangan tidak mengalami hal yang sama dengan belasan warga tersebut. ’’Karena itu, apakah mereka keracunan makanan di hajatan kami belum tahu,’’ ujarnya.

Saat ini pihaknya sudah memeriksa dan meminta keterangan dari beberapa saksi. Selain itu, petuga mengambil sampel makanan yang dihidangka­n dalam hajatan tersebut untuk dikirim ke laboratori­um. Sedangkan untuk korban meninggal, keluarga menolak dilakukan otopsi. ’’Meski begitu, tetap kami lakukan otopsi luar untuk mengambil keterangan penyebab kematian,’’ jelas Gunawan.

Berdasar pantauan koran ini, hingga siang kemarin masih ada sembilan orang yang dirawat di RSU Muhammadiy­ah. Korban yang lain sudah diperboleh­kan pulang.

Sementara itu, dr Yuniar Tri Rahmawati, dokter IGD RSU Muhammadiy­ah yang menangani beberapa pasien, menyatakan belum berani memastikan apakah mereka keracunan atau tidak. Sebab, untuk menentukan itu harus melalui proses uji laboratori­um. (tif/irw/c4/diq)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia