Bisa Operasi Empat Pasien Satu Hari
Kemarin Peresmian Pusat Pelayanan Jantung Terpadu
SURABAYA – Gedung tinggi yang terletak di antara Gedung Diagnostic Center dan Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr Soetomo akhirnya diresmikan Gubernur Jawa Timur Soekarwo kemarin (8/12). Gedung yang bernama Pusat Pelayanan Jantung Terpadu (PPJT) tersebut kini mulai beroperasi. Sebuah kabar gembira bagi orang-orang yang menderita penyakit jantung, entah karena bawaan atau perubahan gaya hidup. Baik dewasa maupun anak-anak.
”Di sini merupakan one stop service. Artinya, pasien tidak perlu berpindah gedung saat menjalani pengobatan,” ujar Ketua Instalasi PPJT Prof dr Mohammad Yogiarto SpJP(K) FIHA dalam acara peringatan ulang tahun RSUD dr Soetomo kemarin
Gedung yang terdiri atas delapan lantai itu memang memiliki fasilitas lengkap. Mulai poliklinik di lantai 1, ruang rawat inap di lantai 3 dan 4, hingga ruang operasi dan ICCU. Semua menjadi satu di dalam gedung.
Itu tentu juga kabar gembira bagi pasien dengan gangguan jantung yang harus menjalani operasi. Sebab, selama ini tumpukan pasien di rumah sakit rujukan nasional tersebut begitu banyak. Satu pasien setidaknya harus mengantre selama enam bulan untuk bisa mendapatkan tindakan.
Setiap minggu ditemukan setidaknya 6 hingga 8 kasus baru yang harus dioperasi. Sementara itu, hanya ada satu kamar operasi di GBPT untuk operasi jantung. Itu pun hanya bisa digunakan untuk menjalankan satu operasi setiap hari.
Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika pasien baru terus berdatangan. Antrean semakin panjang.
”Di PPJT ini ada dua ruang operasi. Satu untuk dewasa dan satu lagi untuk anak-anak,” ujar dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular yang juga Kepala Kamar Operasi PPJT Yan Efrata Sembiring.
Dalam sehari dua ruang itu akan digunakan untuk dua kali operasi. Artinya, ada empat pasien yang bisa menjalani tindakan. Dua pasien dewasa dan dua pasien anak-anak. Bandingkan dengan sebelumnya yang hanya bisa mengoperasi satu pasien per hari.
Meski begitu, gedung itu baru akan beroperasi penuh pada pertengahan tahun depan. Sebab, peralatan operasi belum komplet. Baru sebagian yang ada di sana. Sisanya masih menunggu anggaran tahun 2018.
Kemarin Soekarwo tidak hanya meresmikan gedung PPJT. Gubernur juga meneken sepuluh prasasti gedung baru di RSUD dr Soetomo sepanjang 2016–2017.
Ada lima gedung yang rampung dibangun pada 2016. Yakni Pusat Pelayanan dan Pengelolaan Bebas Nyeri, Pusat Pengembangan Kualitas Anak Usia Dini, Pusat Pelayanan Thalasemia, Pusat Pengembangan dan Layanan Sport Clinic, serta Pusat Pengembangan Layanan Kanker.
Yang selesai dibangun pada 2017 juga lima. Yaitu gedung hemodialisis, gedung instalasi rawat jalan, gedung Pusat Perawatan Paliatif dan Bebas Nyeri, gedung Pusat Pelayanan Jantung Terpadu, dan gedung admisi.
”RSUD dr Soetomo ini perubahannya luar biasa. Sarana dan prasarananya sudah semakin baik,” ujar Soekarwo.
Bukan hanya soal gedung-gedung baru, gubernur yang sudah menjabat dua periode tersebut juga kagum dengan hijaunya rumah sakit. Banyak taman baru yang sudah dibangun. Ada Taman Kirana yang ditujukan untuk anak-anak pengidap kanker, baik yang dirawat inap maupun dirawat jalan. Ada pula Taman Toga Medika yang berisi berbagai tanaman obat yang bisa dimanfaatkan untuk membantu mempercepat kesembuhan.
”Kondisi seperti ini bisa membantu pasien jadi cepat sembuh. Sebab, suasananya nyaman,” lanjutnya.
Namun, Soekarwo juga mengingatkan bahwa rasa aman harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Apalagi, rumah sakit yang tepat di seberang Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) itu juga merupakan rumah sakit pendidikan. Tentu saja kontribusi dalam pelayanan, pendidikan, termasuk penelitian harus terus meningkat.
”Kalau bisa, dikompetisikan setiap unit kerjanya. Sebab, sumber daya manusia ini memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas,” ujarnya.
Dia pun berharap, ke depan, dokter-dokter di RSUD dr Soetomo bisa sepenuhnya bekerja di sana. Tidak lagi harus berpraktik di luar. Tetapi, tentu saja hal itu harus dibarengi dengan insentif yang memadai. Jadi, para dokter bisa berfokus melakukan pelayanan sekaligus memperbanyak penelitian. (dwi/c11/dos)