Jawa Pos

Mengekspre­sikan Seni dengan Sampah

-

SURABAYA – Pikiran manusia lebih kotor dan menjijikka­n ketimbang sampah. Manusia yang merusak lingkungan itu busuk. Pesan tersebut diterjemah­kan ke dalam performanc­e art oleh Indra P. Impoe, Novi Arianto, Dody Yan Masfa, dan Slamet Gaprax kemarin (8/12).

Empat seniman teater itu bergelut dengan sampah di depo sampah Kayoon selama empat hari untuk menciptaka­n karya. Sampah yang dipilih, antara lain, plastik, daun, dan ranting. Sampah tersebut disusun dan diikat mirip orang-orangan sawah. Tujuh orang-orangan sawah kemudian diarak dari depo sampah Kayoon menuju ke Balai Pemuda.

Sambil berjalan, mereka mengenakan kostum yang merepresen­tasikan petugas rumah sakit saat menangani pasien yang terjangkit virus berbahaya. Kostum putih menutupi seluruh tubuh, ditambah masker dan kacamata. Di kantong celana sebelah kanan, Slamet menaruh semprotan pengharum ruangan. ’’Ini biar sampahnya nggak bau. Biar pemikiran orang-orang itu nggak bau busuk,’’ katanya.

Pertunjuka­n itu didedikasi­kan untuk mendiang Ilham J. Baday alias Ilham Anugrah, sahabat sesama seniman. Ilham berpulang pada 11 November lalu. Ilham dan Slamet memang kerap meng- garap proyek bersama.

’’Ini (pementasan) adalah pikiran Ilham. Dia kerap membuat karya yang lekat dengan isu sosial dan lingkungan,’’ lanjut Slamet. Jadi, pentas selama kurang lebih 45 menit tersebut juga bertujuan ’’membaca Ilham’’. Artinya, membaca pikiran sang mendiang. Judul pertunjuka­nnya adalah

Tak hanya berjalan dengan menyeret orang-orangan sawah, mereka menghibur masyarakat yang menyempatk­an berhenti untuk menonton dengan gerakanger­akan teatrikal. Mulai menengadah­kan tangan, berjalan mundur, hingga berlari dengan slow motion. (esa/c18/jan) SURABAYA – Hobi belanja on

mengantark­an Kenasti Arninta Putri atau yang lebih dikenal Putri Kenasti berujung mujur. Sebab, sekarang dia yang justru kerap disokong alias di- Mulai pakaian hingga

”Sejak zaman kuliah, gila belanja banget. Bukan di toko, melainkan lewat kata alumnus Jurusan Hukum Universita­s Surabaya (Ubaya) tersebut. Satudua penyuplai toko online mulai memercayai Ken –sapaan akrab Kenasti Arninta Putri– sejak saat itu. ”Kasih bonus, tapi suruh tag. Sampai sekarang jadi di- endorse deh,” imbuhnya dalam talk show Jawa Pos Jitu Bazaar On The Week di ITC Surabaya kemarin (8/12).

Dia sering menerima barang dari toko dari berbagai kota di Indonesia. ”Saya sih terima semua, ya. Pokoknya berkaitan dengan

dan ujar pe- rempuan kelahiran Surabaya, 22 Oktober 1993, itu.

Setelah barang diterima, Ken mulai menggunaka­n seleranya. Dia memadupada­nkan baju dan aksesori yang dikirim endorser. ”Biasanya malamnya sebelum foto,” terangnya. Kalau sudah pas, dia mulai berfoto-foto. Pilih foto yang paling yahud, lalu di- upload.

Pada kemarin, Ken juga membagikan trik menggunaka­n jilbab dengan gaya favoritnya. Dia menyaranka­n warna jilbab disesuaika­n dengan busana yang digunakan. ”Saya memang nggak suka tabrak warna. Warna harus senada. Terlihat lebih elegan,” ucapnya. Jenis jilbab yang sering kali digunakan berbentuk segi empat.

Dia menyaranka­n agar memilih bahan jilbab yang kaku. Itu bagus untuk pemilik pipi tembem. ”Dapat menutupi,” tambahnya. Selain itu, bahan jilbab harus senyaman mungkin. (bri/c16/jan)

 ??  ?? line fashion endorse. make-up. online shop,” online online shop make-up,” event
line fashion endorse. make-up. online shop,” online online shop make-up,” event
 ??  ?? Belum Ada Judul.
Belum Ada Judul.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia