Hal Baik yang Punah
MANUSIA berimajinasi dan kehidupan di muka bumi berubah, kian cepat dari waktu ke waktu, karena manusia berimajinasi. Sebagian hal dari masa lalu ditinggalkan, hal-hal baru diciptakan, dan orang-orang yang membenamkan diri dalam nostalgia akan mengatakan: Masa lalu lebih baik.
Untuk beberapa hal, saya kadang juga merasa seperti itu, terutama karena hal-hal menyenangkan yang saya sukai sekarang semakin ditinggalkan orang. Misalnya dongeng sebelum tidur. Saya selalu berharap kegiatan tersebut bisa dipertahankan sampai kapan pun. Itu adalah saat paling intim dalam hubungan orang tua dengan anakanaknya. Saya ingat perasaan tenteram yang muncul ketika mendengarkan suara orang tua menyampaikan cerita
Malin Kundang, riwayat terjadinya Rawa Pening, atau kisah burung bulbul dan putri raja, dan lain sebagainya.
Cerita selalu membuat orang tertarik karena pikiran manusia tidak pernah menolak cerita. Dan ketika orang tertarik, dia akan memusatkan perhatian pada apa yang dituturkan. Itulah yang membuat cerita pernah menjadi sarana utama untuk menyampaikan pengetahuan.
Pada masa lalu, sebelum sains berkembang, hampir seluruh pengetahuan dituturkan melalui cerita. Dengan kemampuannya berkhayal, manusia berikhtiar memahami lingkungan sekitarnya, memahami kehidupan, memahami dirinya. Imajinasi melahirkan cerita-cerita dan setiap cerita adalah metafora bagi kenyataan yang mungkin pada waktu itu belum terjelaskan, belum terjangkau oleh akal manusia.
Dalam praktik sehari-hari, kita mengenal bagaimana para dalang di masa lalu menuturkan ajaran-ajaran melalui cerita wayang, kita mengenal cerita rakyat, kita mengenal legendalegenda. Melalui cerita, kita diberi tahu bagaimana tempat-tempat tercipta, diperkenalkan kepada nilai-nilai tertentu, dan menghayati rangkaian sebab akibat dalam proses yang paling nyaman bagi pikiran untuk menerimanya.
Berbeda dari petuah atau nasihat atau perintah yang terasa menyiksa pikiran dan membuat orang cenderung menolak, cerita bisa menyusupkan secara licin apa saja yang dikehendaki si pencerita ke benak penikmatnya. Berbeda juga dari teori dan dalil-dalil abstrak yang terasa alot untuk dicerna, cerita adalah sebuah dunia yang hidup dalam ingatan kita. Juga, karena itu, cerita akan kontekstual selamanya. Sampai sekarang, misalnya, kita tetap bisa menikmati mitologi atau ceritacerita wayang dan menemukan makna barunya dalam kehidupan hari ini.
Karena sifatnya yang licin untuk menyampaikan apa saja, cerita memengaruhi perilaku orang-orang di dunia nyata. Cara anak-anak muda berpacaran atau menyampaikan perasaan cinta mungkin banyak diilhami cerita-cerita yang mereka baca atau film-film Hollywood yang pernah mereka tonton (sekarang mungkin sinetron Korea). Bagaimanapun, manusia membutuhkan referensi untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan cerita selalu menjadi referensi terbaik karena ia adalah riwayat hidup atau dunia yang dipadatkan dan dipilih hanya bagian-bagian terbaiknya.
Salah satu ilustrasi paling fenomenal untuk menggambarkan bagaimana cerita memengaruhi perilaku di dunia nyata adalah kisah tentang bagaimana Jepang ”menemukan” sepak bola melalui komik serial Kapten Tsubasa. Hingga awal 1980-an, olahraga sepak bola hampir tidak dikenal di Jepang; olahraga paling populer di sana adalah bisbol.
Pada 1981, komik pertama serial Kapten Tsubasa terbit dan laku keras. Kapten Tsubasa dan teman-temannya, para jagoan sepak bola, mengilhami anak-anak di sana untuk menggemari olahraga tersebut. Mereka mengidentifikasi diri dengan tokoh rekaan yang mereka gemari. Popularitas komik itu berjalan seiring dengan popularitas sepak bola di sana. Sepuluh tahun kemudian, pada 1991, Jepang mulai menggelar liga sepak bola profesional J-League. Pada 2002, Jepang menjadi tuan rumah Piala Dunia bersama Korea Selatan.
Komik Kapten Tsubasa adalah fenomena internasional. Ia tidak hanya mengilhami anak-anak Jepang untuk menggemari sepak bola, tetapi juga nama-nama besar di lapangan bola yang kita kenal sekarang: Alessandro del Piero, Zinedine Zidane, Lionel Messi, dan Andres Iniesta. Fernando Torres dalam sebuah wawancara menyampaikan bagaimana Kapten Tsubasa membuatnya bermimpi menjadi pemain sepak bola.
”Saya bahagia sekali bahwa komik saya memberi sumbangan penting pada sepak bola Jepang,” kata Yoichi Takahashi, pencipta Kapten Tsubasa.
Jika mau, Anda bisa menciptakan dongeng sendiri untuk disampaikan kepada anak-anak menjelang mereka tidur. Anda bisa menciptakan dongeng menarik tentang anak yang suka membaca buku jika Anda menginginkan anak Anda suka membaca buku. Tokoh cerita yang suka membaca buku sangat kurang dalam fiksi-fiksi Indonesia. Kalaupun ada, lebih sering dia digambarkan sebagai anak yang kikuk, berkacamata tebal, dan tidak menarik sama sekali. Anda juga bisa menceritakan petualangan dan kehidupan seorang anak yang mencintai alam dan tahu bagaimana menghargai perbedaan jika Anda menginginkan anak Anda mengembangkan perilaku seperti itu.
Anda memiliki kesempatan yang baik untuk mengantarkan anak-anak tumbuh menjadi manusia dewasa melalui cerita-cerita yang menarik. Memang tidak mudah. Anda harus memiliki waktu dan kesabaran untuk bisa menemani mereka dengan cerita-cerita menjelang tidur.
Sekarang kita masih mengenal sebutan ”dongeng sebelum tidur”, tetapi tidak banyak lagi yang mempraktikkannya. Dan sebagus apa pun orang bicara tentang pentingnya mendongeng kepada anak-anak sebelum mereka tidur, kegiatan itu akan punah juga pada akhirnya ketika tidak ada lagi orang tua yang sanggup mengerjakannya. (*)